Sabtu, 23 Juni 2012

GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI SUMATERA DAN JAWA



BAB I
PENDAHULUAN
Geologi merupakan ilmu kebumian. Orang yang mempelajarinya disebut ahli geologi, geologiawan, atau geologist. Geologi, kelompok ilmu yang mempelajari Bumi secara menyeluruh; pembentukan, komposisi, sejarah dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung (menjadikan muka bumi seperti saat ini).
Geologi modern berkembang pada akhir abad ke -18, James Hutton merupakan bapak geologi modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan bukunya yang berjudul: Theory of the Earth dimana ia mencetuskan doktrin Uniformitarianism (“The present is the key to the past, artinya gaya atau proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah berlangsung sejak terbentuknya bumi).
Tahun 1912, Alfred Wegener mencetuskan teori pengapungan benua, yang “menduga” bahwa pada mulanya benua Amerika Selatan dan Afrika bersatu, dan kemudian berpisah menjadi seperti saat sekarang yang terpisah oleh samudra Atlantik. Sejak tahun 1960 berkembanglah Teori Pengapungan Benua ( Continental Drift )  yang sekarang di kenal dengan Teori Tektonik Lempeng. Teori ini dapat menjelaskan dan menyderhanakan banyak hal mengenai gejala-gejala alam yang semula di anggap misterius. Seperti gempa bumi yang datangnya secara tiba-tiba dan gunung api yang tiba-tiba meletus.
Ilmu geologi terus berkembang dan terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang menjadi dasar geologi. Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya : Mineralogi, Petrologi, stratigrafi, Paleontologi, Geologi Struktur, Geomorfologi, Geofisika, Geokimia, dan lain sebagainya.
Untuk masuk ke dalam ilmu geologi yang lebih kompleks diperlukan bekal pengetahuan mengenai keadaan alam bumi seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai angin topan, dan banyak lagi jenisnya merupakan hasil atau produk dari proses yang dapat dipelajari pada ilmu geologi yang lebih spesifik lagi.

BAB II PEMBAHASAN
A.  GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU SUMATERA
          Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran (fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel dengan struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal. Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan terjadi aktifitas volkanisme yang menghasilkan larva andesit.
          Pada zaman Miosen tengah terjadi pengangkatan yang besar sehingga membentuk Geantiklin Sumatra. Pada saat itu terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas vulkanisme. Intrusi granodiorit terjadi juga pada zaman miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi penurunan yang berarti dan terjadi proses pandataran yang cukup lama akibat erosi.
          Periode Oregenik yang terakhir terjadi pada zaman Plio-Pleistosen yang mengakibatkan pembentukan patahan blok dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan yang terjadi pada zaman Plio-Pleistosen adalah zone patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi kegiatan gunung api dan kegiatan gunung api pada zaman Kuarter tersebut sebagian besar berasosiasi dengan sesar, misalnya bila suatu tempat terjadi sesar akan diikuti bentambahnya gunung api yang baru. Ada juga kegiatan gunung api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah merupakan hasil dari persesaran.
a)   Sumatra Sebelah Barat
          Sumatra sebelah barat tersusun atas endapan batuan tersier yang sangat tebal dan bersifat resistensi terhadap erosi kecil. Singkapan-singkapan batuan yang berumur pretersier di jalur non-vulkanik sangat jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt ditemukan secara lokal. Proses pengangkatan yang menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi pada zaman Kuarter.
b)   Sumatra Sebelah Timur
          Pulau Sumatra sebelah timur merupakan bagian dari Dangkalan Sunda terutama yang tersusun atas batuan sedimen Mesosoikum dan Poleisoikum dan pada bagian atasnya terjadi intrusi granit. Seluruh daerah ini telah mengalami pendataran dan kenampakan-kenampakan struktural masih dapat diamati.

     Zone-zone yang perlu diperhatikan di Sumatra Timur meliputi:
1.     Blok Sekapung
Ø Dibatasi oleh escarpment mempunyai ketinggian maksimal 200 meter
Ø Sepanjang sesar terjadi erupsi andesitic dan desitik
Ø Blok Sekapung telah mengalami base leveling
Ø Fault scrap tidak dijumpai tetapi yang dijumpai bocca
Ø Bagian selatan blok sekapung terdapat pulau-pulau vulkanik seperti Sebuku, Sabesi, Krakatau yang dengan patahan utama
2.    Blok Plateu Sukudana
          Disebelah timur terdapat plateu basalt sukudana yang lavanya keluar dari Sesar Sukudana, dikatakan plato basal karena tebal dan penyebarannya bersifat porous karena terdapat joint pada plato basalt. Di zone ini terdapat Danau Jepara.
3.    Dataran Alluvial
          Sebarannya sepanjang Lampung sempit, setelah mendekati Palembang meluas merupakan basement yang terdiri dari granit dan grano diorite.
c)    Sumatra Selatan
          Ciri-ciri pegunungan yang tersebar di Sumatra Selatan sebagian besar pegunungan blok dan ditumbuhi oleh gunung api. Ciri dari pegunungan blok lain adalah di bagian tenggara merupakan dataran rendah dan permukaannya agak datar karena base-lavelling yang cukup lama. Sebelah barat merupakan graben tengah yang miring ke arah barat dan bagian timur graben tengah miring ke arah timur. Gunung api yang muncul di pegunungan blok berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material vulkanik menutup sebagian besar dari bukit barisan terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian timur graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup luas di sebelah utara Lampung yang dicirikan oleh adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan terdapat lava basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik keluar dari blok Selampung.
          Blok Bengkulu adalah suatu daerah Depresi Suoh yang tersusun atas lava andesit dan dasit serta intrusi granit dan granodiorit yang merupakan batuan intrusi. Depresi Suoh pada bagian baratnya terdapat sumber mata air yang panas serta ada juga sedimen Neogen yang tersebar terutama di bagian barat blok Bengkulu kemudian terjadi proses lipatan pada zaman permulaan Neogen dan penurunan akhir Neogen, ini membuktikan adanya endapan marine di daerah Crui.
          Pola aliran sumber air blok Bengkulu bagian barat yang terdapat graben pola alirannya paralel dan kombinasi dengan pola trelis. Sungai-sungai pendek dan lurus serta pada beberapa tempat terjadi pembelokan yang mendadak, graden besar. Ciri-ciri lain pantai yang naik terbukti dengan adanya teras pantai, benting karang, benting pantai yang naik. Bagian blok Bengkulu sebelah barat terdapat aktifitas gunung berapi, terutama gunung api Kwarter dan distribusinya terdapat di sepanjang graben tengah. Pertumbuhan gunung api tersebut berasosiasi dengan sesar. Aktifitas gunung api yang terdapat diblok Bengkulu adalah pegunungan Hulu Palik dan Gunung Api Daun. Gunung Api Daun berperan untuk membelokkan arah sungai. Di sepanjang graben tengah perbatasan dengan blok Bengkulu terdapat mata air yang panas dan kipas alluvial (fluvio vulkanik fans). Graben Tengah, penampang yang perlu diperhatikan:
a.    Penampang Semangko
          Penampang ini berbentuk segitiga, pada kedua sisinya yaitu sisi timur dan sisi barat dibatasi oleh garis lengkung dan garis lurus di bagian barat. Sebagian kelanjutannya dari graben tengah di selatan timbul horst tobuan.
b.    Penampang Ranau
          Terdapat Danau Ranau yang merupakan vulcano tektoknik despression dengan ukuran 16×12 km. Material yang dikeluarkan bersifat netral. Pada penampang Ranau terdapat ignibrite tetapi tidak menunjukkan stratifikasi yang jelas.
c.    Penampang Makau Tanjung Sakti
          Terdapat suatu Sungai Kuala dan Sungai Mangkakau yang berasal dari utara. Di sebelah utara horst terdapat suatu dataran alluvial tanjung sakti yang merupakan dataran alluvial subur dan dilalui sungai yaitu sungai Mana mengalir ke lautan Indonesia.
d.    Ketahun
          Merupakan Graben tengah yang yang menyempit beberapa terdapat horst. Pola aliran pada graben tengah mengalami proses perubahan relative cepat. Aktivitas graben twngah mengalami proses perubahan relative cepat. Aktivitas graben tengah ini terjadi antara bagian yang tergeser. Pada daerah terdapat Sungai Tergwse yang masih labil sehingga dapat menyebakan jalan terputus
Pegunungan di sebelah timur graben tengah. Ciri-ciri:
Ø Merupakan sisi timur Geantiklinal Bukit Barisan
Ø Blok miring ke arah timur, sebagian horizontal
Ø Umur hampir sama dengan blok Bengkulu
Ø Pengikisan intensentif
Ø Batuan sedimen, baku, metamorf, pada Tertier
Ø Resistensi terhadap erosi sehingga sangat berpengaruh terhadap aliran lava dan lahar dari zone bagian tengah ke Sumatra bagian timur.
          One zone pada pegunungan blok sebelah timur graben tengah.
a.    Blok Semangko Rantai.
          Batuannya terutama tersusun atas andesit tua, lerengnya melandai ke arah timur dan sungainya adalah sungai konsekuen. Terdapat sesar yang sejajar dengan graben tengah sebarannya hingga sampai di gunung api rantai.
b.    Graben Gedong Suria
          Terletak di sebelah utara huluwai samang merupakan vukanik depression yang tingginya 1100-1300 m. Diperkirakan letusannya yang tertinggal menghasilkan tuff asam bersifat granitik, desitik.
c.    Pegunungan Garba
          Terletak di sebelah utara graben Gedong Surian merupakan suatu celah yang disebut gab komering yaitu merupakan suatu tempat keluarnya tuff ranau ke arah timur.
d)   Sumatra Tengah
1.       Ciri-ciri :
Ø Mirip Sumatra Selatan
Ø Merupakan lanjutan dari blok Bengkulu
Ø Sungainya mempunyai perubahan secara mendadak terutama yang mengalir ke barat, yang disebabkan oleh:
a.    Adanya patahan
b.    Resistensi batuan
c.    Bentuk lembah V
d.    Daerah patahan aliran sungai mengecil sehingga sedimennya kuat
e.    Adanya beach ridge membuat aliarannya terhambat
Ø Graben tengah berkembang baik mulai dari Danau Kerinci sampai Solok di Singkarak
Ø Dataran tinggi padang sampai Angkolo
Ø Gunung api strato
Ø Pegunungan sebelah timur graben tengah ada pegunungan lipatan, batuan Pre-Tertier, akibatnya pola aliaran sungainya trellis
Ø Endapan swamp luas di Sumatra Utara dengan endapan gambut
2.      Sumatra Tengah dibagi 4 Zone
a.    Pegunungan blok disebelah barat graben tengah
b.    Kelanjutan dari blok Bengkulu
Merupakan kipas alluvial terdapat “ beach ridge” akibatnya pola alirannya trellis. Ditemukan pula patahan yang melintang
c.    Dataran Indrapura
Merupakan dataran pantai trianggulair meluas kearah barat laut sungai indrapura berkumpul menjadi sungai komsekuen yang datangnya dari bukit Barisan 
d.    Dataran Alluvial Padang
Ø Material bahan vulkanik dari gunung api Maninjau
Ø Sering terjadi banjir
Ø Terdapat beach ridge
Ø Merupakan pantai berbatu ke teluk sampai Palembang 
Ø Fluvio vulkanik fans
Ø Mempunyai sebaran yang luas di utara timur padang
Ø Dapat dibedakan fluvio vulkanik tua dan muda
Ø Sentral erupsinya dasyat
e)     Sumatra Utara
          Schurmann menggambarkan bagian Paleogene ke dalam pegunungan Batak Lands, membentuk rangkaian pegunungan Pre-Tersier sampai timur laut.
1.      Pilo-Pliocene
          Sesudah pengangkatan Intra Miosen pada zone barian umumnya tidak terbentuk endapan marine. Selama akhir Neogen, rangkaian pegunungan barisan rangkaian pegunungan barisan membentuk rangkaian gunung api antara basin indiogosinklinal Sumatra Timur dan Sumatra India.

2.      Pilo – pleistosene Diastropisme
          Pada akhir Neogen rangakain pegunungan barisan mengalami gerakan disertai dwengan blok faulting dan erupsi poxymal magma asam (gantik). Pada waktu yang sama lembah Sumatra Timur diisi dengan akumulasi sedimen yang sangat besar, kemudian ditekan, dan dilipat.
3.      Barisan Zone Semangko
          Satu dari banyak kenampakan yang menarik dari Bukit Barisan adalah rift zone longitudinal yang memanjang dari teluk Semongko Selatan sampai lembah Aceh Selatan. Zone graben pada puncak geantiklinal barisan dihasilkan dari tekanan, berhubungan dengan lengkungan atas.
          Pegunungan sebelah barat graben tengah terdiri dari batuan massif yang berumur Kuarter dan sejumlah formasi vulkanik muda Paelozoik dan cristalin schists. Batak culmination di Bukit Barisan Sumatra Utara dekat Sungai Wampu dan Sungai Barumuadi Bukit Barisan terdapat kulminasi berbentuk khas disebut Batak Timor.
          Danau Toba dari geologinya termasuk vulkano tektonik. Kenampakan morfologi Toba lebih muda dari lembah Asahan. Lembah Asahan merupakan aliran tuff dan memotong dekat Porsea oleh Kawah Toba. Pusat patahan blok Toba, setelah runtuh Kawah Toba mengalami patahan. Kemiringan terus-menerus sepanjang waktu juga dikelilingi blok. Ketinggian maksimum Danau Toba lebar 500 m dan tinggi 1400 m (air danau Toba ). Volume kawah sekitar 1000-2000 cb/km3 dan terisi oleh piroklastik. Depresi Toba telah ada sebelum ledakan. Daerah sekeliling Toba merupakan lereng curam. Aliran ignimbetrstes pada Pre-Tersier dan batuan Neogen menurun ke selatan dengan lereg danau yang terjal antara 1600 m.
          Timbunan danau lebih muda yaitu terletak di sebelah barat laut Samosir antara Balige dan Poresia. Blok Samosir dan Penisula marupakan timbunan Prapat dan Porosea. Kearah barat dip 5-8 derajat (timbunan pulau Samosir) dan ke arah timur dip 10-15 derajat dengan dasar tuff. Sisi barat merupakan pusat dome dibentuk oleh Pulau Samosir dan ke arah barat oleh Ulukan Penisula.
Terbentuknya pegunungan Bukit Barisan
             Gunung merupakan suatu daerah yang mempunyai perbedaan tinggi yang kontras dengan daerah disekitarnya. Sebuah gunung dapat didefinisikan apabila memiliki puncak lebih dari 610m dari atas permukaan laut. Bila terdapat suatu jalur busur yang memanjang antara puncak yang satu dengan puncak lainnya yang saling berhubungan maka fenomena itu dikenal sebagai pegunungan. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik yang mana kepulauan di nusantara tersebut akan terus bergerak rata-rata 3-6cm bahkan 12cm per tahunnya, yang saling berrtumbukan/berinteraksi.
          Pulau sumatera sendiri berada pada zona wilayah tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Gambar disamping berikut adalah visualisasi kronologis dari pulau Sumatera
          Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (di Nangroe Aceh Darusalam) sampai ujung selatan (di Lampung) pulau Sumatra. Proses pembentukan pegunungan ini berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 – 450 juta tahun yang lalu. Teori pergerakan lempeng tektonik menjelaskan bagaimana pegunungan ini terbentuk.    
            Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer padat yang terapung di atas mantel yang bergerak satu sama lainnya. Terdapat tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati (collision) dan saling geser (transform).
            Tumbukan lempeng tektonik antara indian-australian plate dengan eurasian plate terus bergerak secara lambat laun. Saat kedua lempeng bertumbukan atau saling mendekati, bagian dari indian-australian plate berupa kerak samudera yang memiliki densitas yang lebih besar dan tentu lebih berat tersubduksi tenggelam jauh ke dalam mantel dibandingkan dengan kerak benua pada eurasian plate di posisi pulau sumatera. Zona gesekan akibat gaya tekan dari tumbukan tersebut menjadi begitu panas sehingga akan mencairkan batuan disekitarnya (peleburan parsial). Kemudian batuan cair tersebut yaitu magma naik lewat, menerobos dan mendesak kerak dan berusaha keluar pada permukaan dari lempeng di atasnya. Alhasil terbentuklah busur pegunungan bukit barisan di bagian tepi eurasian plate, di pulau Sumatera, Indonesia .
B.   GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU JAWA
Luas Pulau Jawa adalah 138.793,6 km2 dihuni oleh penduduk sekitar 124 juta jiwa dengan perkiraan kepadatan penduduk 979 jiwa per km2. Pulau yang memiliki beberapa gunung berapi ini pada awalnya merupakan bagian dari gugusan kepulauan Sunda Besar dan paparan Sunda, yang konon pada masa sebelum es mencair merupakan ujung tenggara benua Asia yang menyatu.
Menurut para ahli, Pulau Jawa terbentuk akibat peristiwa vulkanik, yakni terjadinya gempa yang disebabkan oleh tubrukan dua lempeng benua Australia dan Asia sekitar 20 juta tahun sebelum masehi. Pada saat itu, daratan wilayah jawa tengah dan jawa timur belum muncul dan masih berupa lautan. Kemudian sekitar Lima juta tahun yang lalu konfigurasi serta bentuk pulau-pulau diIndonesia sudah mirip dengan yang ada saat ini. Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah terdapat gunung-gunung api yg aktif hingga saat ini. Patahan-patahan di sumatra masih saja bergerak, juga saat itu patahan-patahan Jawa mulai terbentuk dan semakin jelas.
Pendapat mengenai anggapan bahwa kawasan jawa tengah dan jawa timur dulunya merupakan dasar laut, ialah dengan di temukanya fosil – fosil binatang laut berusia jutaan tahun di beberapa tempat di pulau ini. Salah satunya adalah sangiran dan wonosari, Jawa tengah. Bukti lainya ialah dengan banyaknya dijumpai gunung gamping di daerah selatan Pulau Jawa. Yang menurut para ahli geologi/kebumian, bahwa gamping itu dulunya terumbu karang yg hidup dan berada di laut. Sebagai contoh Pulau Seribu atau Great Barier di sebelah timur Australia.
Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian adalah Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan bagiannya adalah pulau Jawa.
C.  PROSES PEMBENTUKAN PULAU JAWA
1.      Pengaruh gerak lempeng
Ø Kala kapur hingga oligosen tengah diperkirakan busur vulkanis terbentuk di Pulau Jawa dan satu busur vulkanis terbentuk di daratan Pulau Jawa.
Ø Busur non volkanis di perkirakan berumur eosen, tersusun oleh fragmen kerak bumi yang tertimbun pada jalur subdaksi dan mengandung kwarsa.
Ø Antar busur volkanis dan non volkanis terdapat cekungan busur luar yang relative dalam, terletak di sekitar pantai utara Jawa.
Ø Akhir miosen dan oligosen terjadi perubahan tegas yaitu jalur subdaksi bergeser ke selatan.
Ø Busur volkanis diperkirakan di pantai selatan Pulau Jawa sekarang. Gunung api muncul di dasar laut membentuk deretan gunung api. Aktivitas vulkanik ini merupakan tahap pertama pembentukan Pulau Jawa.
Ø Satu busur gunungapi dengan laut dangkal yang luas sampai Kalimantan (sampai pliosen tengah)
Ø Busur dalam bergeser ke utara hingga pantai utara Jawa, laut dangkal mengalami pengangkatan membentuk daratan sehingga sedimen marin muncul ke atas permukaan laut. Kala pliosen kuarter garis besar pulau Jawa sudah terbentuk.
Ø Akhir pliosen di perkirakan Pulau Jawa sering tenggelam yang muncul hanya perbukitan di bagian selatan Jawa.
2.      Pengaruh iklim
Ø Pada zaman kuarter terjadi perubahan tegas iklim di bumi.
Ø Sebelumnya pada zaman tersier iklim di wilayah Indonesia merupakan iklim tropis lembab dengan suhu rata-rata pertahun lebih tinggi dari sekarang.
Ø Perubahan iklim menyebabkan berbagai peristiwa seperti terjadinya zaman es dan zaman pencairan es, yang akibatnya terbentuk teras marin, pembentukan sedimen pada lingkungan marin di darat dan pembentukan sedimen darat di lingkungan marin.
Ø Pengaruh iklim tersebut berpengaruh pada proses pelapukan, erosi, abrasi, dan gerak masa batuan, yang sangat menentukan bentukan geomorfologis dan pembentukan tanah.

D.  PEMBAGIAN ZONA DI JAWA

1.      ZONA SELATAN
v  Berupa plato, berlereng miring ke   arah selatan yaitu ke arah laut Hindia. Pengikisan banyak terjadi pada plato.  
v  Di Jawa Tengah zona ini di tempati oleh dataran aluvial.
v  Sebelah utara zona ini berbentuk tebing patahan. 
v  Pada kala miosen tengah terjadi pelipatan.
2.      ZONA TENGAH
v  Depresi banyak terjadi di Jawa Timur dan Jawa Barat.
v  Muncul gunungapi besar muda, contohnya pada pegunungan Serayu selatan di Jawa Tengah. 
v  Lembah Serayu banyak terjadi di  pegunungan Serayu utara dan selatan.
v  Bukit dan pegunungan di Banten.Proses terbentuknya zona ini pada 
kala miosen tengah–muda
3. ZONA UTARA
v   Pegunungan lipatan bukit-bukit rendah.
v  Inti geosinklinal muda.
v  Ada selingan gunungapi yang berbatasan dengan dataran aluvial.
v   Lipatan pada miosen atas jalur kendeng-Rembang.
v  Pengendapan hingga pleistosen.
v  Pada pegunungan Kendeng bermaterial gamping.
v  Pantai landai dengan endapan dari pegunungan membentuk delta di sebagian besar pantura
Menurut Van Bemmelen, secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibagi ke dalam 7 kondisi geomorfik sebagai berikut :
1.    Vulkan-vulkan berusia kuarter ( Volcanoes-volcanoes)
2.    Dataran Aluvial Jawa Utara (Alluvial Palins Nothern Java)
3.    Antiklinorium Remban-Madura (Rembang-madura Anticlinorium)
4.    Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng (Bogor, North-Serayu dan Kendeng-Anticlinorium)
5.    Dome dan Igir  di Zona Depresi Sentral (Dome and Ridgres in central depretion zone)
6.    Zona Depresi Sentral Jawa dan zone Randublatung (Central Depretion zone of Java and Radublatung zona).
7.    Pegunungan Selatan (Southern Mountains)

Kondisi fisiografis Jawa, dari Selatan ke Utara dapat diuraikan sebagai
berikut:
v Pegunungan Selatan (Southern Mountains )
Pegunungan selatan sebagai hasil pelipatan pada Maosen dan berlanjut kearah Timur yaitu ke Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur. Pegunungan selatan Jawa merupakan pegunungan kapur dengan gejala karet dan dibeberapa tempat bagian bawah dari formasi kapur ini didasari oleh endapan vulkanik andesit tua seperti dapat dilihat di Batur Angung (Formasi Nglanggran) dan di Merawan.        Pegunungan Selatan Jawa memanjang arah Barat-Timur yang dimulai dari bagian Timur Teluk Tjiletuh di Jawa Barat sampai ke bagian Barat Segara Anakan. Dari Segara Anakan sampai ke Parangtritis, Zona Selatan (Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan sisa-sisa dibeberapa tempat yang masih berada di beberapa di atas permukaan air laut yaitu di Pulau Nusakambangan dan Karangbolong. Pada bagian yang mengalami penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-endapan yang berasal dari pengunungan Serayu Selatan.Di bagian Jawa Timur, pegunungan ini dimulai dari parangtritis sampai ke Blambangan. Nusa Barung adalah bagian pegunungan Selatan yang berada diatas permukaan laut, sedangkan di Utara Nusa Barung yaitu dari Pasisiran sampai ke Puger pegunungan Selatan tertutup oleh endapan yang berasal dari Komplek Ijang.

v Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
Depression Zone)
Daerah ini berupa pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang memanjang dari Ujung Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini menyentuh Laut. Di Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang dari Majenang sampai ke pegunungan Kulonprogo.
v  Zone Depresi Jawa bagian Tengah
Di Jawa Barat zona ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar (G.Patuhi, G. Tilu, G. Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan G. Tangkuban Perahu). Di Jawa Tengah vulkan-vulkannya posisi yang lurus mengarah Barat Timur.
Sedangkan untuk daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau dilihat secara keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan posisi agak ke Selatan apabila dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya (Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat vulkan yang mengarah Utara – Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu. Vulkan-vulkan ini tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi-Kendeng Rodge dengan sesaran perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Barat Zona Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk Jawa Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari sebelah Utara Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah pegunungunan Kendeng yang membentangi dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke sebelah Barat Wonokromo.
v  Daratan Alluvial Jawa Utara (Alluvial Palin of Northern Java)
Tidak semua pantai Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat dataran Alluvial ini (Dataran pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon. Sedangkan untuk Jawa Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial Jawa Barat bagian Utara. Dataran alluvial di Jawa Tengah membentang dari Timur Cirebon sampai ke Pekalongan. Kemudian dimulai lagi dari sekitar Kendal sampai Semarang dan dari Semarang dataran alluvial ini melebar sampai di daerah sekitar Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki oleh dataran alluvial melainkan oleh perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai ke Utara Gresik (Antiklinorium Rembang). Antiklinorium ini berlanjut ke Madura, yang terpisahkan oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran Alluvial yang relatif agak luas terdapat segitiga Jombang - Wonokromo – Bangil dan diantaranya Bojonegoro – Surabaya berbentuk memanjang.
Pada awal Paleogen Sumatera, Kalimantan dan Jawa masih merupakan satu daratan dengan Benua Asia yang disebut tanah Sunda. Pada Eosen pulau Jawa yang semula berupa daratan, bagian utaranya tergenang oleh air laut dan membentuk cekungan geosinklin. Sedangkan bagian selatan pulau Jawa terangkat dan membentuk geantiklin yang disebut geantiklin Jawa Tenggara.
Pada kala Oligosen hampir seluruh pulau jawa terangkat menjadi geantiklin yang disebut geantiklin Jawa. Pada saat ini muncul beberapa gunung api di bagian selatan pulau ini.
Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga pada Miosen bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-pulau gunung api. Pada pulau-pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan endapan-endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera
.
Pada Miosen tengah di sepanjang selatan pulau Jawa pembentukan gamping koral terus berkembang diselingi batuan vulkanik. Kemudian pada Miosen atas terjadi pengangkatan pada seluruh lengkung Sunda-Bali dan bagian selatan Jawa. Keberadaan pegunungan selatan Jawa ini tetap bertahan sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batuan kapur yang dibeberapa tempat diselingi oleh munculnya vulcanic neck atau bentuk intrusi yang lain.
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, pelipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur – Barat (E-W) disebut pola Jawa.
Pola Meratus di bagian barat dapat dilihat pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah ditunjukkan dari pola penyebaran singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan ditunjukkan pada bagian timur.
Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terlihat. Pola-pola ini antara lain pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan.Pola Jawa di bagian barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beri-bis dan sesar-sesar dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah sesar pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda.
Akibat dari pola struktur dan persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu pula. Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.
Secara lebih terperinci, Dobby membagi Jawa dan Madura atas dasar bentuk permukaan buminya menjadi :
1.    Pantai Selatan yang merupakan daratan dari kapur
2.    Daerah perbukitan di bagian teengah.
3.    Jalur gunung api yang menjadi sumbu Pulau Jawa
4.    Jalur alluvial (endapan) yang memanjang dari Banten menuju Lembah Lusi-Solo sampai Selat Madura.
5.    Pantai utara yang merupakan dataran dari kapur
1.    Pantai Selatan
Dinding-dinding pantai selatan Jawa sangat curam. Karena ketika bagian selatan pulau Jawa terangkat pada Oligosen, gelombang laut selatan Jawa yang besar akan menghantam dinding pantai sehingga menjadi terjal. Gelombang pantai yang besar ini dikarenakan angin yang berhembus berasal dari laut lepas (Samudra Hindia).

         Contohnya pada pantai Popoh di Tulung Agung. Pantai ini berhadapan langsung dengan laut lepas dan dinding pantainya sangat terjal. Pada pantai ini terdapat singkapan yang sangat bagus yaitu diantara lapisan batuan kapur tersisip suatu lapisan yang terdiri dari batuan pasir. Batuan ini merupakan hasil aktivitas vulkanik yang ada pada saat koral dan foraminifera mulai tumbuh pada Miosen bawah. Singkapan yang ada dibentuk oleh hantaman gelombang (abrasi) dari Samudera Hindia.
2.    Daerah Perbukitan
Barisan perbukitan dan jalur lembah-lembah adalah bentang alam tua yang sudah sangat terkikis. Di antara perbukitan itu terdapat suatu alur yang dibeberapa tempat merupakan cekungan, misalnya Bandung dan Garut. Sedangkan mengarah ke timur semakin melebar dan mulai terbuka serta melandai sampai sebagian tenggelam di Selat Madura. Ketinggian endapan di daerah ini menurut Dobby sampai mencapai kira-kira 1200 m, dan membentuk bagian dari susunan dataran tinggi di Pulau Jawa. Di bagian selatan barisan perbukitan ini ada yang mencapai pantai sebagai tebing pantai yang curam. Hanya dibeberapa tempat dikatakan bahwa tanah tinggi itu mundur dari pantai, misalnya di dataran rendah Banyumas.

3.    Jalur Gunung Api
Sumbu jalur rangkaian gunung api terletak di pedalaman. Sebagai perkecualian adalah Gunung Karang di Banten dan Gunung Muria di dekat Jepara. Kedua gunung api tersebut terletak di luar jalur umum. Di Jawa Barat rangkaian gunung api merupakan lengkungan melingkupi cekungan Bandung dan cekungan Garut, yang pada masa dahulu pernah tergenang menjadi danau. Keadaan yang mirip terdapat di Jawa Timur. Di sini pun gunung-gunung api membentuk kumpulan yang bersambung. Gunung-gunung api di Jawa Tengah agak berbeda dengan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah, gunung-gunung api hanya mengelompok dalam dua atau tiga saja, dipisahkan oleh dataran tinggi endapan.

          Kebanyakan gunung api tersebar pada jalur tengah. Bahan-bahan ejektanya menyebar ke berbagai tempat. Menurut Dobby, hanya gunung api di Banten Selatan yang mengeluarkan lava asam. Karena itu kesuburan daerah ini agak rendah bila dibandingkan dengan daerah lainnya di Jawa Barat.
4.    Jalur Aluvial Utara
Endapan ini terbentuk oleh sungai yang membawa bahan ejekta gunung api. Karena itu, dataran ini umumnya cukup subur. Jalur endapan ini menurut Dobby terbagi atas dua bagian :
a.        bagian yang sebelah dalam, yang lebih dekat ke pegunungan, dibatasi oleh teras-teras yang hampir sejajar dengan garis pantai;
b.      bagian luar merupakan dataran yang tingginya

5.    Pantai Kapur Utara
Pantai utara Jawa merupakan daerah yang relatif tandus karena di sana terdapat alur pegunungan kapur utara. Pantai kapur ini terutama terdapat di daerah Rembang dan Madura. Di pantai Rembang-Bojonegoro dataran endapannya sempit dan pantainya mempunyai tebing agak curam, dibeberapa daerah melebihi 30 m. Di Madura tepian kapur ini tidak merata. 

Dari berbagai sumber.........