Selasa, 22 Mei 2012

KAMBOJA


BAB I
PENDAHULUAN
            Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
            Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
            Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.
            Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
            Sekarang, Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997
            Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara menjabat sebagai Kepala Negara, tetapi tidak memerintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri ( Council of Minister ). Kepala Negara Norodom Sihamoni naik tahta pada tanggal 29 oktober 2004.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 NEGARA KAMBOJA
Nama resmi                 : Kingdom of Cambodia
Bentuk Negara             : Kerajaan Konstitusional
Ibukota                                    : Phnom Penh
Tahun Merdeka                       :1953
Kepala Negara             : Raja Norodom Sihamoni
Kepala Pemerintahan    : PM Hun Sen
Ketua Senat                  : Samdech Chea Sim
Ketua Majelis Nasional            : Pangeran Norodom Ranaridh
Luas Wilayah               : 181.035 sq km
Iklim                            : Tropis
Agama                         : Budha
Bahasa Nasional           : Khmer
Lagu Nasional               : Nokor Reakh
Hari Nasional               : 9 November
Pembagian wilayah       : 20 propinsi, 4 kotamadya
2.2 LINGKUNGAN FISIK
2.2.1 Letak Astronomis dan Geografis
            Letak astronomis Kamboja yaitu 100LU - 14 0LU, 102 0BT - 108 0BT. Kamboja mempunyai area seluas 181.035 km2. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Laos dan Thailand, yang merupakan daerah pegunungan. Sementara di sebelah barat berbatasan dengan Teluk Thailand, serta di sebelah timur dan selatan dengan Vietnam.  
2.2.2 Kenampakan Alam dan Iklim
            Letak geografis negara beriklim tropis itu bersebelahan dengan sejumlah negara anggota ASEAN. Wilayah bagian tengah Kamboja adalah sebuah basin atau cekungan yang dikelilingi oleh dataran yang luas. Wilayah Kamboja dialiri oleh Sungai Mekong yang merupakan sungai terpanjang di negara ini. Sebelah tenggara cekungan terdapat delta Sungai Mekong, sedangkan di sebelah utara dan barat daya cekungan terdapat beberapa rangkaian pegunungan. Di bagian timur Kamboja berupa dataran tinggi. Kenampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
            Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) and 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik(srok), komunion (khum), distrik besar (khett), and kepulauan(koh).
1.    Kota Praja (Krong):
Ø Sihanoukville (Kampong Som)
Ø Pailin
Ø Kep
2.    Provinsi (Khett):
3.    Kepulauan (Koh):


Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Temperatur tertinggi 0C (0F)
31 (88)
33 (91)
34 (93)
35 (95)
34 (93)
33 (91)
32 (90)
32 (90)
31 (88)
31 (87)
30 (86)
30 (86)
Temperatur terendah 0C (0F)
22 (71)
22 (72)
23 (74)
24 (76)
24 (76)
24 (76)
24 (76)
24 (76)
24 (76)
24 (76)
23 (74)
22 (71)
Curah hujan mm (inchi)
7.60 (0.30)
10.2 (0.40)
35.6 (1.40)
78.7 (3.10)
144.8 (5.70)
147.3 (5.80)
152.4 (6.00)
154.9 (6.10)
226.1 (8.90)
251.5 (9.90)
139.7 (5.50)
43.2 (1.70)
Berikut ini adalah tabel curah hujan rata-rata per bulannya di Phnom Penh.
2.3 PENDUDUK
            Kamboja merupakan negara yang berpenduduk nomor dua terkecil di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Mayoritas negara-negara lainnya di Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak daripada Kamboja, seperti : Indonesia dengan 210 juta jiwa, Vietnam dengan 80 juta jiwa, Philipina dengan 73 juta jiwa, Thailand dengan 64 juta jiwa, Myanmar 50 juta jiwa dan Malaysia 19.9 juta jiwa. Hanya Laos yang memiliki jumlah penduduk yang kecil dengan hanya 5.5 juta jiwa. Dengan perbandingan, Singapura memiliki jumlah penduduk sekitar 3.4 juta jiwa.Pada tahun 1975,
            Selama empat tahun masa kekuasaan dari Khmer merah, jumlah penduduk menurun drastis menjadi hanya 6 juta jiwa, banyak dari mereka yang di bunuh oleh khmer merah tetapi ada juga yang kelaparan dan ada pula yang bermigrasi dalam jumlah yang cukup besar, terutama orang-orang dari etnik Vietnam.Kelompok penduduk yang dominan di Kamboja adalah dari etnik Khmer, sekitar 85 % dari jumlah keseluruhan penduduk kamboja. Sisanya adalah orang dari etnik Vietnam, lalu diikuti oleh orang-orang dari etnik Cina, dan sekitar 100.000 muslim Cham, serta yang terakhir adalah beberapa dari suku primitif.
            Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
            Budaya di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kamboja bertani, buruh, dan mencari ikan. Penghasilan rata-rata masyarakat Kamboja, di luar Phnom Penh, $20 atau 82.000 Riel (mata uang Kamboja), setara dengan Rp 190.000 per bulan. Namun, di desa dan kampung-kampung, masyarakat amat menggemari transaksi menggunakan Dollar. Terlebih dengan para pendatang.
2.4 PEREKONOMIAN
            Pertumbuhan ekonomi Kamboja didukung oleh empat sektor utama yaitu, pertanian, pariwisata, garmen dan properti.  Pendapatan per kapita di Kamboja adalah 1.266 Dollar AS per tahun. Jumlah ini di dapat berdasarkan sistem pengukuran baru, yang digunakan oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia. 
            Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.
            Setelah beberapa dekade terbelit perang dan konflik, kini Kamboja menikmati pertumbuhan ekonomi yang mencapai 10 persen/ tahun selama lima tahun terakhir. Namun, pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kamboja turun drastis menjadi 0.1%, sementara tahun 2010 diprediksikan mencapai 5%.
            Pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun 1994 menjadi sekitar 30% pada tahun 2009. Dengan demikian Kamboja telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per kapita meningkat dari US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan diprediksikan sebesar US$735 (2010).
            Produk utama sektor pertanian Kamboja adalah padi. Pemerintah Kamboja telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi padi sebanyak 2,6 ton per hektar selama tahun 2005-2008. Pada tahun 2008, Kamboja berhasil memproduksi 7,17 juta ton padi. Pada tahun 2009 Kamboja dapat memproduksi 8 juta ton beras.
            Pemerintah Kamboja akan terus mendorong peningkatan produktivitas tanaman dari 2,6 ton per hektar menjadi 3 ton per hektar. Pemerintah juga akan melakukan diversifikasi pangan dengan mendorong peningkatan produksi maizena, kacang-kacangan, singkong, kentang, sayur-sayuran, soya bean dan tebu.
            Guna mendukung trend peningkatan sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen mencanangkan kebijakan pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi ekspor untuk beras serta berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.
            Sektor garmen merupakan salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kamboja.  Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan 15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar USD 1,298 milyar.  Pasar utama bagi garmen kamboja adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua wilayah ekonomi tersebut. 

            Peningkatan signifikan terjadi pada semester pertama 2010 dengan peningkatan jumlah wisatawan sebesar 12.39 % dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Diprediksikan bahwa total wisatawan pada tahun 2010 berkisar 2.4 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 12 %.
            Tempat tujuan wisata utama Kamboja adalah Propinsi Siem Reap dengan daya tarikCandi Angkor Wat-nya, yang pada pertengahan tahun 2010 telah mencatatkan kedatangan wisatawan sebesar 640,944 atau 52.5% dari keseluruhan wisatawan ke Kamboja.
            Sektor properti pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan karena penurunan spending untuk megaproyek di Kamboja sehingga menyebabkan menurunnya investasi dari US$ 815 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 490 juta tahun 2009.
2.5 PEMANFAATAN SUMBER ALAM KAMBOJA
            Kamboja merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras, ikan, tembakau dan alas kaki. Kamboja memiliki hutan kayu yang paling berharga dan penghasil permata yang paling produktif di dunia (kecuali berlian). Kamboja, sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang subur karena di sana terdapat salah satu sungai terbesar di Asia, yaitu Sungai Mekong.
            Sebenarnya, Kamboja bisa menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini, kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak. Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terwujud.
            Pertanian padi merupakan tanaman utama, penanamannya terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat kelebihan padi utnuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
            Getah merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.
            Perikanan merupakan kegiatan kedua besarnya di negara ini, kebanyakn para petani menjadi nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan bahan ekspor.
            Bahan galian (pertambangan) kurang penitng, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.
2.6 TRANSPORTASI
            Sistem transportasi negeri ini telah terganggu dengan hebatnya perang. Pembinaan jalan raya dan kereta api pada umunya mudah karena bentuk muka bumi rendah. Nasalah yang dihadapi hanyalah banjir pada musim hujan. Jadi pengangkutan daratnya boleh dikatakan memuaskan. Jalan raya menghubungkan semua bandar besar denag Phnom Penh ke negeri Thailand dan dari Phnom Penh ke Kompongsom.
            Pengangkutan air terutama disekitar sunagi Mekong merupakan jalan utama hingga ke Phnom Penh. Lalu lintas pinggir laut pada umumnya tidak penting kecuali di Kompongsom pelabuhan yang baru dibangun.
2.7 HUBUNGAN KAMBOJA DENGAN INONESIA
            Hubungan diplomatik Indonesia dengan Kamboja telah terjalin sejak tahun 1957, kedua negara menandatangani Perjanjian Persahabatan di Jakarta pada 13 Februari 1959. Dalam kurun waktu Januari-Mei 2008, total nilai perdagangan Indonesia dan Kamboja mencapai 67,51 juta dolar AS dengan surplus bagi Indonesia sebesar 66,35 juta dolar AS.
            Dalam hubungan pengembangan kerja sama budaya, Kamboja bersama-sama dengan Thailand, Laos, dan Vietnam, telah berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan bertajuk "Cultural Heritage Tourism Cooperation-Trail of Civilization" yang diselenggarakan di Yogyakarta, pada Agustus 2006.
            Pemerintah Indonesia dan Kamboja menandatangani Persetujuan Bebas Visa bagi pemegang paspor biasa kedua negara.  Menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri, di Jakarta,  persetujuan bebas visa tersebut ditandatangani oleh menteri luar negeri kedua negara di Phnom Penh, saat kunjungan perkenalan Menlu Marty Natalegawa ke Kamboja pada 1-2 Juni. 
            Denpasar-Indonesia dan Kamboja menandatangani memorandum kesepahaman tentang kerja sama budaya dan pariwisata, meliputi kesekapatan saling mempromosikan potensi wisata masing-masing negara hingga pendidikan dan pelatihan.