KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmatnya penyusun bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas yang
diberikan Bapak Dosen kepada penyusun. Dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang pengawetan tanah dengan menggunakan tiga metode yaitu vegetasi, mekanik
dan kimia.Terima kasih penyusun ucapkan kepada Bapak Dosen, selaku dosen yang
mengajar mata kuliah Geografi Tanah.
Demikianlah yang dapat penyusun sampaikan. Dengan
segala kekurangan pada makalah ini penyusun meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Medan, mei 2011
Kelompok 14
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................................... 2
Pendahuluan.............................................................................................................. 3
Pembahasan............................................................................................................... 4
Lahan Kritis............................................................................................................... 7
Pengawetan tanah...................................................................................................... 5
Pengolahan tanah....................................................................................................... 10
Pengelolaan tanaman untuk konservasi tanah............................................................ 11
Kesimpulan................................................................................................................ 14
Dafatr pustaka........................................................................................................... 16
BAB
I
PENDAHULUAN
Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap
dapat menghasilkan hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian tanah
untuk pertanian dan perkebunan secara terus-menerus dan membabi-buta dapat
membuat tanah menjadi tidak subur atau tandus. Beberapa penyebab ketidaksuburan
tanah ialah seperti pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman
monoton, dan lain-lain.
Tanah bisa mengalami kerusakan.
Bahkan tanah termasuk wujud alam yang mudah mengalami keruasakan. Salah
satu contoh kerusakan tanah adalah erosi tanah. Erosi tanah adalah tanah yang
lapuk dan mudah mengalami penghancuran. Kerusakan yang dialami pada tanah
tempat erosi disebabkan oleh kemunduran sifat – sifat kimia dan fisik tanah,
yakni:
Ø kehilangan
unsur hara dan bahan organik,
Ø menurunnya
kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air,
Ø meningkatnya
kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah,
Ø serta
berkurangnya kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan
memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas
Hal ini dikarenakan lapisan atas tanah setebal 15
sampai 30 cm mempunyai sifat– sifat kimia dan fisik lebih baik dibandingkan
lapisan lebih bawah.Banyaknya unsur hara yang hilang bergantung pada besarnya
kandungan unsur hara yang terbawa oleh sedimen dan besarnya erosi yang
terjadi.Di tempat lain, erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang
subur serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah
yang terangkut tersebut diendapkan di tempat lain yaitu, di dalam sungai,
waduk, danau, saluran irigasi dan di atas tanah pertanian.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
LAHAN
KRITIS
Pengertian Lahan Kritis
Lahan kritis adalah sebidang
lahan yang penggunaan atau pemanfaatannya tidak sesuai dengan kemampuannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan lahan kritis adalah penggunaan
lahan harus sesuai dengan kelas kemampuan tanah. Meskipun telah dikelola,
produktivitas lahan kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi
yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaanya.
Lahan ini bersifat tandus, gundul,
tidak dapaat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya
sangat rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis antara
lain sebagai berikut :
Ø Kekeringan,
biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
Ø Genangan
air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup
rawa-rawa.
Ø Erosi
tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi,
pegunungan, dan daerah yang miring. Erosi yaitu penghancuran struktur tanah
menjadi butir-butir primer oleh energy tumbuk butir-butir hujan yang menimpa
tanah dan perendaman oleh air yang tergenang (proses disperse) dan pemindahan
(pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan dan penghancuran struktur
tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut oleh airyang mengalir di
permukaan tanah (Arsyad, 1989). Masswassting adalah
gerakan masa tanah menuruni lereng.
Ø Pengolahan
tanah yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan
kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan , di daerah yang miring,
atau bahkan di dataran rendah.
Ø Masuknya
material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh
bakteri) misalnya plastik.
Ø Pembekuan
air, biasanya terjadi di daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi.
Ø Pencemaran,
zat pencemar seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan pertanian
baik yang melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian
menjadi kritis. Beberapa jenis pestisida dapat bertahan beberapa tahun di dalam
tanah sehingga sangat mengganggu kesuburan lahan pertanian.
Jika lahan kritis dibiarkan dan
tidak ada perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan membahayakan kehidupan
manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maka dari itu, lahan
kritis harus segera diperbaiki. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh
adanya lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan,
yaitu dengan melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan-lahan kritis di
Indonesia.
Upaya
penanggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut :
1. Lahan
dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan
usaha lainnya.
2. Erosi
tanaah perlu dicegah melalui pembuatan lereng-lereng bukit.
3. Usaha
perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan.
4. Pengembangan
keanekaragaman hayati.
5. Perlu
tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya
lahan kritis.
6. Menghilangkan
unsure-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik.
7. Pemupukan
dengan pupuk organic atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara
tepat dan terus-menerus.
B.
PENGAWETAN
TANAH
Pengawetan tanah adalah usaha pengendalian erosi,
melakukan koreksi (pemeliharaan atau perbaikan) tanah-tanah yang mengalami kekurangan
unsur hara, yang mengalami penurunan daya produksinya, dengan maksud agar
segalanya dapat dipulihkan kembali atau memperoleh peningkatan.
Tujuan
pengawetan tanah adalah untuk :
Ø Mencegah kerusakan tanah
Ø Memperbaiki tanah rusak
Ø Memelihara serta menaikkan
produktivitas tanah, agar tercapai produksi setinggi-tingginya dalam waktu
tidak terbatas.
Metode pengawetan tanah pada
umumnya dilakukan untuk:
|
||||||||||||||||||
1.
|
Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan.
|
|||||||||||||||||
2.
|
Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
|
|||||||||||||||||
3
|
Mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
|
|||||||||||||||||
4
|
||||||||||||||||||
Metode pengawetan tanah dibagi
menjadi tiga yaitu:
|
||||||||||||||||||
1.
Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode
pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang
dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan erosi. Ada
beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain:
a. Penghijauan, yaitu penanaman
kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan seperti akasia,
angsana, flamboyant. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan
tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan bawah.
b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali
hutan gundul dengan jenis tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala,
cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil kayunya.
c. Penanaman secara kontur (contour
strip cropping), yaitu menanami lahan searah dengan garis kontur. Fungsinya
untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam
tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%
d. Penanaman tumbuhan penutup tanah
(buffering), yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati,
cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air
hujan, memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.
e. Penanaman tanaman secara berbaris
(strip cropping), yaitu melakukan pe-nanaman berbagai jenis tanaman secara
berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air
atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada
kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi
kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
f. Pergiliran tanaman (croprotation),
yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis
tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan
tanah tidak berkurang.
Pergiliran
tanaman memberikan keuntungan-keuntungan lain seperti :
1. Pemberantasan
hama penyakit, menekan populasi hama dan penyakit karena memutuskan si klus
hidup hama dan penyakit atau mengurangi sumber makanan dan tempat hidupnya
2. Pemberantasan gulma, penanaman satu jenis
tanaman tertentu terus menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis
gulma tertentu.
3. Mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat
fisik dan kesuburan tanah, jika sisa tanaman pergiliran dijadikan mulsa atau
dibenamkan dalam tanah akan mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap
air, mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah dan
tanaman tersebut adalah tanaman leguminosa akan menambah kandungan nitrogen
tanah, dan akan memelihara keseimbangan unsur hara karena absorpsi unsure
dari kedalaman yang berbeda.
|
C. PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan
tanah
adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan
menggunakan tangkai
kemudi
ataupun penggaruk yang ditarik oleh traktor maupun bajak yang ditarik oleh binatang maupun manusia. Melalui proses ini, kerak tanah
teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menembus tanah dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang
sering digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.
Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan
tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang baik,
membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma.
Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur
tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna,
apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak.
Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah
sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang keliru
karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah
terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk
surface crusting.
Untuk mengatasi pengaruh buruk pengolahan tanah,
maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat
memperkecil terjadinya erosi. Cara yang dimaksud adalah :
1.
Tanpa Olah Tanah (TOT), tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa
tanaman sebelumnya dibiarkan
tersebar di permukaan, yang akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa
yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan
dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunkan herbisida.
2.
Pengolahan tanah minimal, tidak semua permukaan tanah diolah, hanya barisan
tanaman saja yang diolah daan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada
permukaan tanah.
3.
Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan memotong lereng
sehingga ter-bentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur
atau melintang lereng.
Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif
jika diikuti dengan penanaman menurut kontur juga yang memungkinkan penyerapan
air dan menghindarkan pengangkutan tanah. Sebagian dari praktek pengolahan
tanah seperti ini sebenarnya sudah ada sejak dulu dan telah dilakukan oleh
petani di beberapa daerah di Indonesia. Petani mungkin menganggapnya sebagai
tradisi nenek moyangnya yang perlu dipertahankan.
Walaupun saat itu belum ada penyuluh pertanian
ataupun literatur tentang konservasi tanah, tetapi para petani telah menerapkan
cara bertani yang berasaskan konservasi tanah. Mengolah tanah secara konservasi
telah dilakukan oleh orang jaman dulu dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
dari usahataninya guna memenuhi kebutuhan hidup jangka pendek, dan mungkin belum
terpikirkan oleh mereka untuk melestarikan sumber daya tanah.
D.
Pengelolaan
Tanaman Untuk Konservasi Tanah
Vegetasi sampai sekarang masih dianggap sebagai cara
konservasi tanah yang paling jitu dalam mengontrol erosi tanah seperti yang
diyakini sejumlah ahli konservasi bahwa “a bag of fertilizer is more effective
than a bag of cement” (Hudson, 1989). Erosi yang terjadi akan berbeda pada
setiap penggunaan tanah, variasi ini tergantung pada pengelolaan tanaman.
Contoh sederhana seperti yang dikemukakan Hudson
(1957) cit. Hudson (1980), kehilangan tanah dari 2 plot percobaan yang ditanami
jagung, plot yang pengelolaannya tanamannya buruk kehilangan tanahnya 15 kali
lebih besar dari plot yang pengelolaan tanahnya baik. Secara alamiah, tanaman
rumput cenderung melindungi tanah, dan tanaman dalam barisan memberikan
perlindungan lebih kecil, tetapi pendapat umum ini berobah oleh pengelolaan.
Pengelolaan tanaman akan sangat menentukan besar kecilnya erosi. Penelitian
menunjukkan bahwa pertanaman jagung yang dikelola dengan baik akan bertumbuh
baik dan dapat menekan laju erosi dibanding padang rumput yang pengelolaannya buruk.
Secara singkat dikatakan oleh Hudson bahwa erosi tidak tergantung pada tanaman
apa yang tumbuh, tetapi bagaimana tanaman itu tumbuh.
Pengaruh tanaman dan pengelolaannya terhadap erosi
tidak dapat dievaluasi secara terpisah karena pengaruhnya lebih ditentukan
apabila keduanya dikombinasikan. Tanaman yang sama dapat ditanam secara terus
menerus atau dapat juga digilir atau tumpang sari dengan tanam-an lain.
Pergiliran tanaman dengan menggilirkan antara tanaman pangan dan tanaman
penutup tanah/pupuk hijau adalah salah satu cara penting dalam konservasi
tanah. Pergiliran tanaman mempengaruhi lamanya pergantian penutupan tanah oleh
tajuk tanaman.
Efektivitas pengelolaan sisa-sisa tanaman dalam
mengontrol erosi akan tergantung pada banyaknya sisa tanaman yang tersedia. Pemanfaatan
sisa-sisa panen sebagai pupuk juga telah dilakukan sebagian petani di beberapa
daerah sejak jaman dulu. Sisa-sisa panen yang dibiarkan atau ditinggalkan di
lahan pertanian mempunyai banyak fungsi dalam menunjang usaha tani, diantaranya
adalah sebagai mulsa yang dapat menghindarkan pengrusakan permukaan tanah oleh
energi hujan, mempertahankan kelembaban tanah mengurangi penguapan, sisa panen
lambat laun akan terdekomposisi terjadi mineralisasi yaitu perubahan bentuk
organik menjadi anorganik sehingga unsur hara yang dilepaskan akan menjadi
tersedia untuk tanaman, disamping itu asam-asam organik yang dihasilkan dapat
berfungsi sebagai bahan pembenah tanah atau soil conditioner.
Praktek pertanian dengan berbagai jenis pupuk buatan
pabrik semakin intensif digunakan sehingga mulai muncul kekuatiran kehabisan
bahan baku pembuat pupuk, mulai mahal dan langkanya ketersediaan pupuk buatan,
serta kekuatiran pencemaran tanah dan perairan oleh residu pupuk buatan,
membuat sebagian orang kembali tertarik untuk melakukan praktek organic farming
yang meminimalkan penggunaan bahan kimia dalam usahatani, dengan menggunakan
bahan alami seperti pupuk hijau. Praktek yang dulu telah dilakukan petani
walaupun tanpa disadarinya berfungsi untuk konservasi tanah, saat ini dilakukan
lagi dengan kesadaran sebagai pelestarian sumber daya alam.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan pertanian ialah
produktivitas tanah pada lingkungan yang normal untuk menghasilkan tanaman
tertentu. Contoh: tingkat produktivitas tanah bila ditanami padi adalah 5
ton/ha. Jadi produktivitas tanah menunjukkan tingkat produksi dan tiap satuan
luas untuk tanaman tertentu.
Tingkat produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah
hujan, suhu, kelembaban udara, system pengolahan lahan, dan pemilihan jenis
tanaman. Upaya peningkatan produktivitas lahan ini disebut program Panca usaha
tani yang meliputi:
1. Pengolahan lahan.
2. Pengairan.
3. Cara pemupukan.
4. Pemberantasan hama dan
penyakit
5. Teknik penanaman
BAB
III
KESIMPULAN
Tanah
adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap dapat menghasilkan
hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Lahan kritis adalah sebidang lahan
yang penggunaan atau pemanfaatannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Lahan ini
bersifat tandus, gundul, tidak dapaat digunakan untuk usaha pertanian, karena
tingkat kesuburannya sangat rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
lahan kritis antara lain sebagai berikut :
Ø Kekeringan,
biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
Ø Genangan
air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa
Ø Erosi
tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi,
pegunungan, dan daerah yang miring.
Upaya
penanggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut :
1. Lahan
dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan
usaha lainnya.
2. Erosi
tanaah perlu dicegah melalui pembuatan lereng-lereng bukit.
3. Usaha
perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan.
4. Pengembangan
keanekaragaman hayati.
Pengawetan tanah adalah usaha pengendalian erosi,
melakukan koreksi (pemeliharaan atau perbaikan) tanah-tanah yang mengalami
kekurangan unsur hara, yang mengalami penurunan daya produksinya, dengan maksud
agar segalanya dapat dipulihkan kembali atau memperoleh peningkatan.
Tujuan
pengawetan tanah adalah untuk :
Ø Mencegah kerusakan tanah
Ø Memperbaiki tanah rusak
Ø Memelihara serta menaikkan
produktivitas tanah, agar tercapai produksi setinggi-tingginya dalam waktu
tidak terbatas.
Metode
pengawetan tanah dibagi menjadi tiga yaitu metode vegetative, mekanik dan
kimia.
|
|||||||
Metode
vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi
(tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Contoh metode ini yaitu Penghijauan,
Reboisasi, Penanaman secara kontur (contour strip cropping),Penanaman
tumbuhan penutup tanah (buffering),Penanaman tanaman secara berbaris (strip
cropping), dan Pergiliran tanaman (croprotation)
|
DAFTAR
PUSTAKA
Elfayetti
dan Kamarlin Pinem.2011.Geografi Tanah:Medan:UNIMED
http://edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul%20Online/view&id=109&uniq=912
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/pengolahan-tanahpenanaman-menurut-kontur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar