BAB
I
PENDAHULUAN
Kamboja dijadikan daerah
Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah
dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja
meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah
kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Pada saat Perang Vietnam
tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan
oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon
Nol
dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan
Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan
untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai
kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang
saudara timbul di Kamboja.
Khmer Merah akhirnya
menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi
sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan
masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian
kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama
dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang
berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.
Pada November 1978,
Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di
Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua
pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk
mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Sekarang, Kamboja mulai
berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun
kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal
terjadi pada tahun 1997
Berdasarkan
konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi
liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara
menjabat sebagai Kepala Negara, tetapi tidak memerintah. Pemerintahan dipimpin
oleh Perdana Menteri dengan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam
Dewan Menteri ( Council of Minister ). Kepala Negara Norodom Sihamoni naik
tahta pada tanggal 29 oktober 2004.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
NEGARA KAMBOJA
Nama
resmi : Kingdom of
Cambodia
Bentuk Negara : Kerajaan Konstitusional
Ibukota : Phnom Penh
Tahun Merdeka :1953
Kepala Negara : Raja Norodom Sihamoni
Kepala Pemerintahan : PM Hun Sen
Ketua Senat : Samdech Chea Sim
Ketua Majelis Nasional : Pangeran Norodom Ranaridh
Luas Wilayah : 181.035 sq km
Iklim : Tropis
Agama : Budha
Bahasa Nasional : Khmer
Lagu Nasional : Nokor Reakh
Hari Nasional : 9 November
Pembagian wilayah : 20 propinsi, 4 kotamadya
Bentuk Negara : Kerajaan Konstitusional
Ibukota : Phnom Penh
Tahun Merdeka :1953
Kepala Negara : Raja Norodom Sihamoni
Kepala Pemerintahan : PM Hun Sen
Ketua Senat : Samdech Chea Sim
Ketua Majelis Nasional : Pangeran Norodom Ranaridh
Luas Wilayah : 181.035 sq km
Iklim : Tropis
Agama : Budha
Bahasa Nasional : Khmer
Lagu Nasional : Nokor Reakh
Hari Nasional : 9 November
Pembagian wilayah : 20 propinsi, 4 kotamadya
2.2
LINGKUNGAN FISIK
2.2.1
Letak Astronomis dan Geografis
Letak
astronomis Kamboja yaitu 100LU - 14 0LU, 102 0BT - 108 0BT. Kamboja mempunyai area
seluas 181.035 km2. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Laos dan
Thailand, yang merupakan daerah pegunungan. Sementara di sebelah barat
berbatasan dengan Teluk Thailand, serta di sebelah timur dan selatan dengan
Vietnam.
2.2.2
Kenampakan Alam dan Iklim
Letak geografis negara
beriklim tropis itu bersebelahan dengan sejumlah negara anggota ASEAN. Wilayah bagian tengah
Kamboja adalah sebuah basin atau cekungan yang dikelilingi oleh dataran yang
luas. Wilayah Kamboja dialiri oleh Sungai Mekong yang merupakan sungai terpanjang
di negara ini. Sebelah tenggara cekungan terdapat delta Sungai Mekong,
sedangkan di sebelah utara dan barat daya cekungan terdapat beberapa rangkaian
pegunungan. Di bagian timur Kamboja berupa dataran tinggi. Kenampakan geografis
yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung
tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813
mdpl.
Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) and 4 kota
praja (krong). Daerah Kamboja
kemudian dibagi menjadi distrik(srok), komunion (khum), distrik
besar (khett), and kepulauan(koh).
1.
Kota
Praja (Krong):
Ø Pailin
Ø Kep
2.
Provinsi
(Khett):
Yang terdiri dari Banteay Meanchey, Battambang,
Kampong Cham,
Kampong Chhnang, Kampong Speu,
Kampong Thom,
Kampot, Kandal, Koh Kong,
Kratié,
Mondulkiri,
Oddar Meancheay, Pursat, Preah Vihear,
Prey Veng,
Ratanakiri,
Siem Reap,
Stung Treng,
Svay Rieng
and Takéo
3.
Kepulauan
(Koh):
Bulan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agu
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Temperatur tertinggi 0C (0F)
|
31 (88)
|
33 (91)
|
34 (93)
|
35 (95)
|
34 (93)
|
33 (91)
|
32 (90)
|
32 (90)
|
31 (88)
|
31 (87)
|
30 (86)
|
30 (86)
|
Temperatur terendah 0C (0F)
|
22 (71)
|
22 (72)
|
23 (74)
|
24 (76)
|
24 (76)
|
24 (76)
|
24 (76)
|
24 (76)
|
24 (76)
|
24 (76)
|
23 (74)
|
22 (71)
|
Curah hujan mm (inchi)
|
7.60 (0.30)
|
10.2 (0.40)
|
35.6 (1.40)
|
78.7 (3.10)
|
144.8 (5.70)
|
147.3 (5.80)
|
152.4 (6.00)
|
154.9 (6.10)
|
226.1 (8.90)
|
251.5 (9.90)
|
139.7 (5.50)
|
43.2 (1.70)
|
Berikut ini
adalah tabel curah hujan rata-rata per bulannya di Phnom Penh.
2.3 PENDUDUK
Kamboja merupakan negara
yang berpenduduk nomor dua terkecil
di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Mayoritas
negara-negara lainnya di Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih
banyak daripada Kamboja, seperti : Indonesia dengan 210 juta jiwa, Vietnam
dengan 80 juta jiwa, Philipina dengan 73 juta jiwa, Thailand dengan 64 juta
jiwa, Myanmar 50 juta jiwa dan Malaysia 19.9 juta jiwa. Hanya Laos yang memiliki jumlah penduduk
yang kecil dengan hanya 5.5 juta jiwa. Dengan perbandingan, Singapura memiliki
jumlah penduduk sekitar 3.4 juta jiwa.Pada tahun 1975,
Selama empat tahun masa
kekuasaan dari Khmer merah,
jumlah penduduk menurun drastis menjadi hanya 6 juta jiwa, banyak dari mereka
yang di bunuh oleh khmer merah tetapi
ada juga yang kelaparan dan ada pula yang bermigrasi dalam jumlah yang cukup
besar, terutama orang-orang dari etnik Vietnam.Kelompok
penduduk yang dominan di Kamboja adalah dari etnik Khmer, sekitar 85 % dari
jumlah keseluruhan penduduk kamboja. Sisanya adalah orang dari etnik Vietnam, lalu diikuti oleh orang-orang
dari etnik Cina, dan sekitar
100.000 muslim Cham, serta yang
terakhir adalah beberapa dari suku primitif.
Bahasa resmi penduduk
Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis,
sebagian besar penduduk beragama Buddha. Sebagian besar penghidupan penduduknya
di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica,
tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya
adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil,
kertas, plywood, dan minyak.
Budaya di Kamboja
sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan
dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain,
seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang
diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kamboja
bertani, buruh, dan mencari ikan. Penghasilan rata-rata masyarakat Kamboja, di
luar Phnom Penh, $20 atau 82.000 Riel (mata uang Kamboja), setara dengan Rp
190.000 per bulan. Namun, di desa dan kampung-kampung, masyarakat amat
menggemari transaksi menggunakan Dollar. Terlebih dengan para pendatang.
2.4
PEREKONOMIAN
Pertumbuhan
ekonomi Kamboja didukung oleh empat sektor utama yaitu, pertanian, pariwisata,
garmen dan properti. Pendapatan
per kapita di Kamboja adalah
1.266 Dollar AS per tahun. Jumlah ini di dapat berdasarkan sistem pengukuran baru, yang digunakan
oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia.
Perekonomian Kamboja
sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an,
Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun
peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain
di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada
tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama
kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang
pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam
perekonomian di Kamboja.
Setelah
beberapa dekade terbelit perang dan konflik, kini Kamboja menikmati pertumbuhan
ekonomi yang mencapai 10 persen/ tahun selama lima tahun terakhir. Namun, pada
tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kamboja turun drastis menjadi 0.1%, sementara
tahun 2010 diprediksikan mencapai 5%.
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun
1994 menjadi sekitar 30% pada tahun 2009. Dengan demikian Kamboja telah
berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per
kapita meningkat dari US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan
diprediksikan sebesar US$735 (2010).
Produk
utama sektor pertanian Kamboja adalah padi. Pemerintah Kamboja telah berhasil
meningkatkan kapasitas produksi padi sebanyak 2,6 ton per hektar selama tahun
2005-2008. Pada tahun 2008, Kamboja berhasil memproduksi 7,17 juta ton padi.
Pada tahun 2009 Kamboja dapat memproduksi 8 juta ton beras.
Pemerintah
Kamboja akan terus mendorong peningkatan produktivitas tanaman dari 2,6 ton per
hektar menjadi 3 ton per hektar. Pemerintah juga akan melakukan diversifikasi
pangan dengan mendorong peningkatan produksi maizena, kacang-kacangan,
singkong, kentang, sayur-sayuran, soya bean dan tebu.
Guna
mendukung trend peningkatan
sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen mencanangkan kebijakan
pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian
khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi ekspor untuk beras serta
berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.
Sektor garmen merupakan salah satu
sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak
pertumbuhan ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan
15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen
dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai
dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang
tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar
USD 1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah
Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua
wilayah ekonomi tersebut.
Peningkatan signifikan terjadi
pada semester pertama 2010 dengan peningkatan jumlah wisatawan sebesar 12.39 %
dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Diprediksikan bahwa total wisatawan
pada tahun 2010 berkisar 2.4 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 12
%.
Tempat tujuan wisata utama Kamboja
adalah Propinsi Siem Reap dengan daya tarikCandi Angkor Wat-nya, yang pada
pertengahan tahun 2010 telah mencatatkan kedatangan wisatawan sebesar 640,944
atau 52.5% dari keseluruhan wisatawan ke Kamboja.
Sektor
properti pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan karena
penurunan spending untuk
megaproyek di Kamboja sehingga menyebabkan menurunnya investasi dari US$ 815
juta pada tahun 2008 menjadi US$ 490 juta tahun 2009.
2.5
PEMANFAATAN SUMBER ALAM KAMBOJA
Kamboja merupakan salah
satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras,
ikan, tembakau dan alas kaki. Kamboja memiliki hutan
kayu yang paling berharga dan
penghasil permata yang paling produktif di dunia (kecuali berlian).
Kamboja, sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang subur karena di sana
terdapat salah satu sungai terbesar di Asia, yaitu Sungai Mekong.
Sebenarnya, Kamboja bisa
menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini,
kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak.
Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi
tidak dapat terwujud.
Pertanian
padi merupakan tanaman utama, penanamannya terutama di sekitar Tonselap,
istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di
selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih
terdapat kelebihan padi utnuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
Getah
merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor
utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di
tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama
diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di
pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman
kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan
lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan
Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan
tikar kasar.
Perikanan
merupakan kegiatan kedua besarnya di negara ini, kebanyakn para petani menjadi
nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang
menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya
meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah
padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah
dijadikan bahan ekspor.
Bahan
galian (pertambangan) kurang penitng, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan
biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom
Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.
2.6
TRANSPORTASI
Sistem
transportasi negeri ini telah terganggu dengan hebatnya perang. Pembinaan jalan
raya dan kereta api pada umunya mudah karena bentuk muka bumi rendah. Nasalah
yang dihadapi hanyalah banjir pada musim hujan. Jadi pengangkutan daratnya
boleh dikatakan memuaskan. Jalan raya menghubungkan semua bandar besar denag
Phnom Penh ke negeri Thailand dan dari Phnom Penh ke Kompongsom.
Pengangkutan
air terutama disekitar sunagi Mekong merupakan jalan utama hingga ke Phnom
Penh. Lalu lintas pinggir laut pada umumnya tidak penting kecuali di Kompongsom
pelabuhan yang baru dibangun.
2.7
HUBUNGAN KAMBOJA DENGAN INONESIA
Hubungan diplomatik
Indonesia dengan Kamboja telah terjalin sejak tahun 1957, kedua negara
menandatangani Perjanjian Persahabatan di Jakarta pada 13 Februari 1959. Dalam kurun waktu
Januari-Mei 2008, total nilai perdagangan Indonesia dan Kamboja mencapai 67,51
juta dolar AS dengan surplus bagi Indonesia sebesar 66,35 juta dolar AS.
Dalam
hubungan pengembangan kerja sama budaya, Kamboja bersama-sama dengan Thailand,
Laos, dan Vietnam, telah berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan bertajuk
"Cultural Heritage Tourism Cooperation-Trail of Civilization" yang diselenggarakan
di Yogyakarta, pada Agustus 2006.
Pemerintah
Indonesia dan Kamboja menandatangani Persetujuan Bebas Visa bagi pemegang
paspor biasa kedua negara. Menurut keterangan dari Kementerian Luar
Negeri, di Jakarta, persetujuan bebas visa tersebut ditandatangani oleh
menteri luar negeri kedua negara di Phnom Penh, saat kunjungan perkenalan Menlu
Marty Natalegawa ke Kamboja pada 1-2 Juni.
Denpasar-Indonesia dan
Kamboja menandatangani memorandum kesepahaman tentang kerja sama budaya dan
pariwisata, meliputi kesekapatan saling mempromosikan potensi wisata
masing-masing negara hingga pendidikan dan pelatihan.