BAB I
PENDAHULUAN
Membaca literatur dewasa ini, kita
cenderung menyimpulkan bahwa agro forestri dimulai baru 5-6 tahun yang lalu.
Tetapi agroforestri sudah ada selama ratusan tahun. Para petani Afrika biasa menggabungkan
budi daya tanaman pangan dengan tanaman jangka panjang seperti pepohonan. Namun
demikian, pada awal abad ini kekuasaan penjajah melarang praktek-praktek ini,
menganggapnya sebagai terbelakang.
Penanaman berbagai jenis pohon
dengan atau tanpa tanaman semusim (setahun) pada sebidang lahan yang sama sudah
sejak lama dilakukan petani (termasuk peladang) di Indonesia. Contoh semacam
ini dapat dilihat pada lahan pekarangan di sekitar tempat tinggal petani.
Praktek seperti ini semakin meluas belakangan ini khususnya di daerah pinggiran
hutan karena ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Konversi hutan alam
menjadi lahan pertanian menimbulkan banyak masalah, misalnya penurunan
kesuburan tanah, erosi, kepunahan
flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan. Secara
global, masalah ini semakin berat sejalan dengan meningkatnya luas hutan yang
dikonversi menjadi lahan usaha lain. Peristiwa ini dipicu oleh upaya pemenuhan
kebutuhan terutama pangan baik secara global yang diakibatkan oleh peningkatan
jumlah penduduk.
Di
tengah perkembangan itu lahirlah agroforestri, suatu cabang ilmu pengetahuan
baru di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman
dan pepohonan. Ilmu ini mencoba mengenali dan
mengembangkan sistem-sistem agroforestri yang telah dipraktekkan oleh petani
sejak berabad-abad yang lalu.
Agroforestri
telah menarik perhatian peneliti-peneliti teknis dan sosial akan pentingnya
pengetahuan dasar pengkombinasian antara pepohonan dengan tanaman tidak berkayu
pada lahan yang sama, serta segala keuntungan dan kendalanya.
Masyarakat
tidak akan perduli siapa dirinya, apakah mereka orang pertanian, kehutanan atau
agroforestri. Mereka juga tidak akan memperdulikan nama praktek pertanian yang
dilakukan, yang penting bagi mereka adalah informasi dan binaan teknis yang
memberikan keuntungan sosial dan ekonomi. Penyebarluasan agroforestri
diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi,
melestarikan sumber daya hutan, dan meningkatkan mutu pertanian serta
menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
AGROFORESTRI
Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon)
bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Pengertian agroforestri
seperti di atas merupakan pengertian sederhana karena agroforestri dapat
diartikan lebih luas lagi dengan pengabungan sistem budidaya kehutanan,
pertanian, peternakan dan perikanan. Agroforestri merupakan kata serapan yang
berasal dari bahasa Inggris "Agroforestry" yaitu Agro berarti
pertanian dan Forestry berarti Kehutanan. Agroforestri dikenal juga dengan
istilah "Wanatani" yaitu gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani
atau Pertanian.
King
mendefinisikan Agroforestri sebagai Suatu sistem pengolahan lahan yang
berazaskan kelestarian untuk meningkatkan produktivitas lahan secara
keseluruhan, yaitu dengan mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk
tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan, dan atau hewan secara bersamaan atau
berurutan, pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang
sesuai dengan budaya setempat.
Ada juga
yang mendefinisikan Agroforestri sebagai Suatu metode penggunaan lahan secara
optimal yang mengkombinasikan sistem produksi biologis yang berotasi pendek dan
panjang, secara bersamaan atau berurutan (suatu kombinasi produksi kehutanan
dan produksi biologis lainnya) dengan cara yang dilandasi oleh azas
kelestarian, dalam suatu kawasan hutan atau kawasan di luarnya, dengan tujuan
untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Lundgreen
dan Raintree menjelaskan bahwa Agroforestri adalah istilah untuk sistem-sistem
pemanfaatan lahan dan teknologi, dengan tanaman-tanaman keras (pohon-pohonan,
perdu, jenis-jenis palma, bambu, dan sebagainya) yang ditanam berbarengan
dengan tanaman pertanian semusim, dan atau pemeliharaan hewan, untuk tujuan
tertentu, pengelolaannya berada dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau
urutan, yang didalamnya terjadi interaksi ekologis dan ekonomis antara berbagai
komponen yang membentuk sistem tersebut.
Agroforestri
merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan
lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang sering timbul adalah
alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin berkurang. Agroforestri
diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan pangan.
Konsep
agroforestri merupakan rintisan dari tim Canadian International Development
Centre, yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan
di bidang kehutanan di negara-negara berkembang dalam tahun 1970-an. Oleh tim
ini dilaporkan bahwa hutan-hutan di negara tersebut belum cukup dimanfaatkan.
Pemanfaatan di bidang kehutanan sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek
produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman
hutan secara terbatas. Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah
perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu
pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur.
Namun sistem Agroforestri telah dipraktekan oleh petani di berbagai tempat di
Indonesia selama berabad-abad dengan nama dan istilah yang berbeda-beda.
Agroforestri
merupakan suatu istilah baru dari praktek-praktek pemanfaatan lahan tradisional
yang memiliki unsur-unsur :
a)
Penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan oleh
manusia
b)
Penerapan teknologi
c)
Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan dan/atau
ternak atau hewan
d)
Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu
periode tertentu
e)
Ada interaksi ekologi, sosial, ekonomi
Sesuai
definisi agroforestri diatas maka sistem ini bervariasi dan cukup luas sehingga
dapat diklasifikasi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a) Secara Struktual, menyangkut
komposisi komponen, seperti sistem-sistem agrisilvikultur, silvopastur dan
agrisilvopastur.
b) Secara Fungsional, menyangkut fungsi
atau peranan utama dalam sistem, terutama komponen kayu-kayuan
c) Secara Sosial Ekonomis, menyangkut
tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi, intensitas
dan skala pengelolaan, tujuan usaha, subsisten, komersial, intermedier).
d) Secara Ekologis, menyangkut kondisi
lingkungan dan kesesuaian ekologis dari sistem Agrisilvikultur, Silvopastur,
Agrosilvopastur, Silvofishery, pohon serbaguna, dan lainnya.
Tujuan
akhir program agroforestri adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat petani,
terutama yang di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif
masyarakat dalam memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan
memeliharanya. Program-program agroforestri diarahkan pada peningkatan dan
pelestarian produktivitas sumberdaya, yang akhirnya akan meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara
mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon,
produksi tanaman pertanian, ternak/hewan, perikanan) atau interaksi antara
komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya.
Menurut De Foresta dan Michon (1997),
agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri
sederhana dan sistem agroforestri kompleks. Sistem
agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam
secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan
bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak
dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan
sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat
beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh,
kopi, kakao (coklat), nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang
bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman
semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai,
kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan rerumputan atau jenis-jenis
tanaman lainnya.
Sistem
agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan
banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh
secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan
ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis
pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan
rerumputan dalam jumlah besar. Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini
adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem
hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini
dapat pula disebut sebagai Agroforestri (Icraf dalamHairiah et al.
2003).
Agroforestri
mempunyai banyak bentuk, bila ditinjau dari segi ruang dan waktu. Ditinjau
dari segi ruang agroforestri mencakup dua dimensi yaitu vertikal dan
horizontal. Pada dimensi vertikal, peran agroforestri terutama berhubungan erat
dengan pengaruhnya terhadap ketersediaan hara,
penggunaan dan penyelamatan (capture) sumber daya alam. Bila ditinjau
dari segi waktu, dua komponen agroforestri yang berbeda dapat ditanam bersamaan
atau bergiliran.
2.
RUANG LINGKUP
AGROFORESTRI
Pada
dasarnya agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan,
pertanian dan peternakan, di mana masing-masing komponen sebenarnya dapat
berdiri sendiri-sendiri sebagai satu bentuk sistem penggunaan lahan. Hanya saja sistem-sistem tersebut umumnya
ditujukan pada produksi satu komoditi
khas atau kelompok produk yang serupa. Penggabungan tiga komponen tersebut
menghasilkan beberapa kemungkinan bentuk kombinasi sebagai berikut:
a)
Agrisilvikultur yaitu kombinasi
antara komponen atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dan lain-lain.)
dengan komponen pertanian.
b)
Agropastura yaitu kombinasi
antara komponen atau kegiatan pertanian dengan komponen peternakan
c)
Silvopastura yaitu kombinasi
antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan
d)
Agrosilvopastura yaitu
kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan
peternakan/hewan
Dari
keempat kombinasi tersebut, yang termasuk dalam agroforestri adalah
Agrisilvikutur, Silvopastura dan Agrosilvopastura. Sementara agropastura tidak
dimasukkan sebagai agroforestri, karena komponen kehutanan atau pepohonan tidak
dijumpai dalam kombinasi.
Di
samping ketiga kombinasi tersebut, Nair (1987) menambah sistem-sistem lainnya
yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri. Beberapa contoh yang
menggambarkan sistem lebih spesifik yaitu:
a)
Silvofishery = kombinasi antara komponen atau
kegiatan kehutanan dengan perikanan.
b)
Apiculture = budidaya lebah atau serangga yang
dilakukan dalam kegiatan atau komponen kehutanan.
3.
SISTEM
AGROFORESTRI
Berikut ini
diterangkan contoh beberapa sistem agroforestri.
1) Strip
Rumput
Strip
rumput merupakan bentuk peralihan dari sistem pertanian tanaman semusim menjadi
sistem agroforestri. Strip rumput adalah barisan rumput dengan lebar 0,5-1 m
dan jarak antar strip 4-10 m yang ditanam sejajar garis ketinggian (kontur).
Pada tanah yang berteras, rumput ditanam di pinggir (bibir) teras. Jenis rumput
yang cocok adalah rumput yang mempunyai sistem perakaran rapat dan dapat
dijadikan hijauan pakan ternak, misalnya rumput gajah (Pennisetum purpureum),
rumput BD (Brachiaria decumbens), rumput BH (Brachiaria humidicola), rumput
pahit (Paspallum notatum) dan lain- lain. Adakalanya rumput akar wangi
(Vetiveria zizanioides) digunakan juga sebagai tanaman strip rumput. Akar wangi
tidak disukai ternak, tetapi menghasilkan minyak atsiri yang merupakan bahan
baku pembuatan kosmetik.Keuntungan strip rumput:Mengurangi kecepatan aliran
permukaandan erosiMemperkuat bibir terasMenyediakan hijauan pakan
ternakMembantu mempercepat proses pembentukan teras secara alami.
2)
Pertanaman Lorong
Sistem
ini merupakan sistem pertanian di mana tanaman semusim ditanam pada lorong di
antara barisan tanaman pagar yang ditata menurut garis kontur. Jenis tanaman
yang cocok untuk tanaman pagar adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa)
seperti, gamal (Flemingia congesta Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena
leucocephala), danCalliandra callothirsus. Jarak antar baris
tanaman pagar berkisar antara 4 sampai 10 m. Semakin curam lereng, jarak antar
barisan tanaman pagar dibuat semakin dekat.
3) Pagar
Hidup
Pagar
hidup adalah barisan tanaman perdu atau pohon yang ditanam pada batas kebun.
Bila kebun berada pada lahan yang berlereng curam, maka pagar hidup akan
membentuk jejaring yang bermanfaat bagi konservasi tanah. Pangkasannya dapat
digunakan sebagai sumber bahan organik atau sebagai hijauan pakan ternak.
Jenis
tanaman yang dipakai untuk pagar sebaiknya yang mudah ditanam dan mudah
didapatkan bibitnya, misalnya gamal dengan stek, turi, lamtoro dan kaliandra
dengan biji. Untuk tanaman pagar jenis leguminose perdu (lamtoro, gamal),
ditanam dengan jarak antar batang ± 20 cm. Jarak yang rapat ini untuk menjaga
agar tanaman pagar tidak tumbuh terlalu tinggi.
Keuntungan pagar hidup:
Ø Melindungi
kebun dari ternak Pangkasannya dapat dijadikan hijauan pakan ternak
Ø Menjadi
sumber bahan organik dan hara tanah
Ø Menyediakan
kayu bakar
Ø Mengurangi
kecepatan angin (wind break)
4) Sistem
Multistrata
Sistem
multistrata adalah sistem pertanian dengan tajuk bertingkat, terdiri dari
tanaman tajuk tinggi (seperti mangga, kemiri), sedang (seperti lamtoro, gamal,
kopi) dan rendah (tanaman semusim, rumput) yang ditanam di dalam satu kebun. Antara satu tanaman dengan yang lainnya diatur sedemikian rupa sehingga
tidak saling bersaing.
Tanaman tertentu
seperti kopi, coklat memerlukan sedikit naungan, tetapi kalau terlalu banyak
naungan pertumbuhan dan produksinya akan terganggu.
Keuntungan sistem
multistrata:
Ø Mengurangi
intensitas cahaya matahari, misalnya untuk kopi dan coklat yang butuh naungan.
Ø Karena
banyak jenis tanaman, diharapkan panen dapat berlangsung secara bergantian
sepanjang tahun dan ini dapat menghindari musim paceklik.
Ø Tanah
selalu tertutup tanaman sehingga aman dari erosi
4. AGROFORESTRI SEBAGAI SISTEM PENGGUNAAN
LAHAN
Berbicara
mengenai agroforestri, berarti berbicara mengenai sistem. Sistem terdiri dari
beberapa komponen dalam susunan tertentu (struktur), yang satu sama lain saling
berpengaruh atau melaksanakan fungsinya. Satu sistem membentuk satu kesatuan
yang berbeda dengan lingkungannya dan di antara keduanya ada hubungan timbal balik.
Di samping itu satu sistem memiliki sifat-sifat tertentu yang juga dapat
berubah antara lain dalam kaitan dengan struktur dan fungsinya.
Agroforestri
terdiri dari komponen-komponen kehutanan, pertanian dan/atau peternakan, tetapi
agroforestri sebagai suatu sistem mencakup komponen-komponen penyusun yang jauh
lebih rumit. Hal yang harus dicatat, agroforestri merupakan suatu sistem buatan
(man-made) dan merupakan aplikasi praktis dari interaksi manusia dengan sumber
daya alam di sekitarnya.
Agroforestri
pada prinsipnya dikembangkan untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan
dan pengembangan pedesaan; serta memanfaatkan potensi-potensi dan
peluang-peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia dengan dukungan
kelestarian sumber daya beserta lingkungannya. Oleh karena itu manusia selalu
merupakan komponen yang terpenting dari suatu sistem agroforestri. Dalam
melakukan pengelolaan lahan, manusia melakukan interaksi dengan
komponen-komponen agroforestri lainnya. Komponen tersebut adalah:
a) Lingkungan
abiotis: air, tanah, iklim, topografi, dan mineral.
b) Lingkungan
biotis: tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll) serta tumbuhan tidak
berkayu (tanaman tahunan, tanaman keras, tanaman musiman dll), binatang
(ternak, burung, ikan, serangga dll), dan mikroorganisme.
c) Lingkungan
budaya: teknologi dan informasi, alokasi sumber-sumber daya, infrastruktur dan
pemukiman, permintaan dan penawaran, dan disparitas penguasaan/pemilikan lahan.
Komponen-komponen
ABC (Abiotic, Biotic dan Culture) tersebut di atas tersusun dalam sistem
agroforestri melalui berbagai cara. Beberapa komponen biotis hadir secara
alami, yang mungkin sebagian masih bertahan atau tertinggal dari kegiatan
penggunaan lahan sebelumnya. Komponen yang lain memang secara khusus atau sengaja
ditempatkan/ditanam oleh manusia sebagai pengelola lahan. Berbagai komponen
dalam satu sistem akan bereaksi atau menunjukkan respon berbeda dengan respon
masing-masing pada kondisi terisolasi. Karena adanya interaksi antar komponen
tersebut, sistem pada dasarnya berbeda dengan total penambahan secara sederhana
dari beberapa komponen. Jadi hutan lebih dari sekedar kumpulan pohon, demikian
pula agroforestri bukan sekedar upaya campur-mencampur kehutanan dengan
pertanian dan/atau peternakan (von Maydell, 1988).
5. JENIS AGROFORESTRI
a) Silvopastur
Silvopasture
menggabungkan penggembalaan ternak pada tanaman makanan ternak atau padang
rumput dalam penanaman pohon atau semak yang dikelola secara aktif . Sapi,
domba dan kambing adalah ternak yang paling umum dimasukkan ke dalam sistem
silvopasture dan mereka mungkin digunakan seluruhnya dalam silvopasture
pertanian / woodlot pribadi atau melalui kolaborasi pengaturan antara pemegang
lisensi hutan dan produsen ternak di lahan publik (misalnya di British
Columbia, penggembalaan domba digunakan sebagai alat manajemen vegetasi di
hutan tanaman muda).
Pinus radiata ditanam pada tahun 1970 dalam baris sekitar 30 meter terpisah pertengahan musim semi. Pohon-pohon rata-rata ~ 33 cms/13 inci tinggi pada saat tanam. Untuk mempertahankan produktivitas di padang, jerami dipanen dan kemudian dipotong musim gugur berikut dengan gandum. Setelah tanaman ini dipanen Merino domba yang merumput untuk merumput jerami tersebut. Mereka merumput selama sekitar dua minggu sebelum mereka mulai memberi makan pada pohon. Domba ini kemudian bertukar dengan massa baru domba. Hay kemudian dipotong lagi. Setelah panen ini pohon-pohon itu cukup tinggi untuk mengatasi merumput domba cabangnya lebih rendah. Hampir produktivitas tidak hilang dan sebagai pohon-pohon mulai mempengaruhi iklim mikro paddock menjadi lebih dan lebih produktif.
Pinus radiata ditanam pada tahun 1970 dalam baris sekitar 30 meter terpisah pertengahan musim semi. Pohon-pohon rata-rata ~ 33 cms/13 inci tinggi pada saat tanam. Untuk mempertahankan produktivitas di padang, jerami dipanen dan kemudian dipotong musim gugur berikut dengan gandum. Setelah tanaman ini dipanen Merino domba yang merumput untuk merumput jerami tersebut. Mereka merumput selama sekitar dua minggu sebelum mereka mulai memberi makan pada pohon. Domba ini kemudian bertukar dengan massa baru domba. Hay kemudian dipotong lagi. Setelah panen ini pohon-pohon itu cukup tinggi untuk mengatasi merumput domba cabangnya lebih rendah. Hampir produktivitas tidak hilang dan sebagai pohon-pohon mulai mempengaruhi iklim mikro paddock menjadi lebih dan lebih produktif.
b) Silvoarable
Silvoarable
campuran antara tanaman pohon subur atau perkebunan, kadang-kadang disebut
sebagai 'matahari sistem', adalah suatu bentuk tumpangsari., Dan dapat diterapkan
oleh petani sebagai strategi untuk memerangi erosi tanah, untuk meningkatkan
keragaman lahan pertanian , sebagai sarana untuk diversifikasi tanaman dan
memperoleh manfaat terpadu lainnya. Dalam praktek ini, tanaman ditanam dalam
strip di gang-gang terbentuk antara deretan pohon dan / atau semak belukar.
Manfaat potensial dari desain ini meliputi penyediaan tempat teduh di tempat
yang panas, lingkungan kering (mengurangi kehilangan air dari penguapan),
retensi kelembaban tanah, peningkatan keanekaragaman struktural dari situs dan
habitat satwa liar. Tanaman keras berkayu dalam sistem ini dapat menghasilkan
buah, kayu bakar, pakan ternak, atau hiasan untuk dijadikan mulsa.
Inga gang tanam telah diusulkan sebagai alternatif untuk kehancuran ekologi pertanian Slash bakar . Pohon Inga adalah genus kecil tropis, tangguh-pohon berdaun, pengikat nitrogen.
Inga gang tanam telah diusulkan sebagai alternatif untuk kehancuran ekologi pertanian Slash bakar . Pohon Inga adalah genus kecil tropis, tangguh-pohon berdaun, pengikat nitrogen.
c) Hutan pertanian
Hutan
pertanian, juga dikenal sebagai 'sistem keteduhan', adalah budidaya,
berkelanjutan terintegrasi baik kayu dan non kayu hasil hutan dalam lingkungan
hutan pertanian Hutan adalah terpisah
dan berbeda dari eksploitasi oportunistik / panen liar non-. kayu hasil hutan.
Kegiatan kehutanan yang berhasil pertanian menghasilkan: jamur, maple sirup dan
birch, tanaman asli digunakan untuk lansekap dan bunga tanaman hijau (misalnya
Salal, pedang pakis, beruang rumput, dahan pohon cedar dan lainnya), produk
obat dan farmasi (misalnya ginseng, goldenseal, Cascara atau yew kulit kayu),
berry liar dan buah.
d) Hutan berkebun
Hutan
berkebun adalah produksi pangan dan lahan sistem manajemen berdasarkan
ekosistem hutan, tetapi mengganti pohon (seperti pohon buah atau kacang),
semak-semak, semak, tumbuh-tumbuhan dan sayuran yang memiliki hasil langsung
berguna bagi manusia. Memanfaatkan penanaman pendamping , ini dapat bercampur
tumbuh di berbagai tingkat di daerah yang sama, seperti halnya tanaman di
hutan. Para Agroforestry Research Trust, dikelola oleh Martin Crawford,
memiliki taman 2-hektar hutan di Devon, Inggris.
6. PENGEMBANGAN AGROFORESTRI
Pengembangan
Agroforestry Memperhatikan kondisi areal yang dipilih dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat serta mengacu kepada bentuk/model Agroforestry pola tanam
yang diterapkan secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Tanaman
Pokok ; berupa tanaman kehutanan yang merupakan prioritas utama tanaman yang
ditujukan sebagai produksi kayu dengan penentuan daur tebang selama 5 tahun.
Jenis tanaman yang dipilih yaitu jenis sengon (Faraserianthes falcataria).
b. Tanaman
Semusim (Tahap I); merupakan tanaman pertanian yang berotasi pendek, ditanam
diantara tanaman pokok dengan jarak minimal 30 cm dari batang tanaman pokok.
Waktu penanaman dilaksanakan pada tahun pertama/ sebelum tanaman pokok berusia
satu tahun, jenis tanaman yang dipilih kacang tanah.
c. Tanaman semusim (Tahap II) ; dipilih tanaman
pertanian berotasi pendek yang dapat tumbuh dengan/tanpa naungan, ditanam
setelah panen tanaman semusim tahap pertama (kacang tanah) sampai batas waktu
tanaman pokok berumur dua tahun. Jenis tanaman yang dipilih adalah jahe Gajah.
d. Tanaman
Keras ; merupakan tanaman pertanian yang berotasi panjang /tanaman perkebunan
yang dapat hidup dibawah naungan dan bukan sebagai pesaing bagi tanaman pokok
dalam memperoleh cahaya . Ditanaman setelah tanaman pokok berurmur 2 tahun,
menempati lahan diantara tanaman pokok, tujuan penanaman untuk untuk memperoleh
hasil buah (non kayu). Jenis yang terpilih adalah tanaman kopi .
Tujuan
pengembangan Agroforestry antara lain :
a. Pemanfaatan
lahan secara optimal yang ditujukan kepada produksi hasil tanaman berupa kayu
dan non kayu secara berurutan dan/atau bersamaan.
b. Pembangunan
hutan secara multi funfsi dengan melibatkan peran serta masyarakat secara
aktif.
c. Meningkatkan
pendapatan petani/penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
dan meningkatnya kepedulian warga masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya guna mendukung proses pemantapan
ketahan pangan masyarakat.
7.
MANFAAT AGROFORESTRI
Agroforestri diharapkan bermanfaat
selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya
hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan
diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekan oleh petani di berbagai
tempat di Indonesia selama berabad-abad (Michon dan de Foresta, 1995),
Sistem agroforestry dapat menguntungkan
dibandingkan konvensional metode produksi pertanian dan hutan melalui
peningkatan produktivitas, keanekaragaman hayati, manfaat ekonomi, hasil-hasil
sosial dan barang ekologis dan layanan yang diberikan.
Keanekaragaman hayati di agroforestri
sistem biasanya lebih tinggi daripada dalam sistem pertanian konvensional.
Agroforestry menggabungkan setidaknya beberapa spesies tanaman ke daerah tanah
yang diberikan dan menciptakan habitat yang lebih kompleks yang dapat mendukung
lebih banyak jenis burung, serangga, dan hewan lainnya. Agroforestri juga
memiliki potensi untuk membantu mengurangi perubahan iklim karena pohon
mengambil dan menyimpan karbon pada tingkat yang lebih cepat dari tanaman.
Jenis pohon agroforestry kepentingan
penelitian di daerah tropis, terutama dalam kaitannya untuk meningkatkan hasil
panen jagung di sub-Sahara Afrika, termasuk nitrogen fixing spesies Sesbania
sesban, Tephrosia vogelii, gamal dan Faidherbia albida. Sebagai contoh, sepuluh
tahun percobaan di Malawi menunjukkan bahwa dengan menggunakan pohon pupuk
seperti Tephrosia vogelii dan gamal, hasil panen jagung rata-rata 3,7 ton per
hektar, dibandingkan dengan 1 ton per hektar di petak tanpa pohon pupuk atau
pupuk mineral. Penelitian dengan
Faidherbia albida di Zambia selama beberapa tahun menunjukkan bahwa pohon-pohon
dewasa dapat mempertahankan hasil panen jagung sebesar 4,1 ton per hektar
dibandingkan dengan 1,3 ton per hektar di luar kanopi pohon. Tidak seperti
pohon-pohon lain, Faidherbia gudang nitrogen kaya daun selama musim hujan
tanaman tumbuh sehingga tidak bersaing dengan tanaman untuk cahaya, nutrisi dan
air. Daun kemudian tumbuh kembali selama musim kemarau dan memberikan penutupan
lahan dan naungan untuk tanaman.
Potensi dampak agroforestry dapat termasuk:
a) Mengurangi
kemiskinan melalui peningkatan produksi produk agroforestry untuk konsumsi
rumah dan penjualan
b) Berkontribusi untuk
ketahanan pangan dengan mengembalikan kesuburan tanah pertanian untuk tanaman
pangan dan produksi buah-buahan, kacang-kacangan dan minyak nabati
c) Mengurangi
deforestasi dan tekanan terhadap hutan dengan menyediakan kayu bakar tumbuh di
peternakan
d) Meningkatkan
keanekaragaman pada pertanian tanaman pohon dan tutupan pohon untuk buffer
petani terhadap dampak perubahan iklim global
e) Dengan meningkatkan
aksesibilitas terhadap pohon obat, sumber utama obat untuk 80% dari population.
Praktek agroforestry juga dapat
digunakan untuk mewujudkan sejumlah tujuan lain lingkungan yang terkait,
seperti
Ø Karbon penyerapan
Ø Bau, debu, dan
pengurangan kebisingan
Ø Air limbah atau
pengelolaan pupuk (misalnya menggunakan air limbah perkotaan pada intensif,
hutan rotasi pendek untuk produksi serat kayu)
Ø Hijau ruang dan
estetika visual.
Ø Peningkatan atau
pemeliharaan habitat satwa liar.
Dari berbagai sumber.......
Saya SEKARANG FULFILL BERHARGA KERUGIAN DARI PINJAMAN I GOT DARI LFDS. Saya ingin membawa ini kepada notis orang ramai tentang bagaimana saya menghubungi LFDS selepas saya kehilangan pekerjaan saya dan ditolak pinjaman oleh bank saya dan kewangan lain institusi kerana skor kredit saya. Saya tidak dapat membayar yuran anak saya. Saya tertinggal di atas bil, kira-kira akan dibuang keluar rumah kerana saya tidak dapat membayar sewa saya. Pada masa ini, anak-anak saya diambil dari saya oleh penjagaan angkat. Kemudian saya berikan untuk mencari dana dalam talian di mana saya kehilangan $ 3,670 yang saya dipinjam dari rakan-rakan yang saya telah merobek oleh dua syarikat pinjaman dalam talian. Sehingga saya membaca tentang: Perkhidmatan Pembiayaan Le_Meridian (lfdsloans@outlook.com / lfdsloans@lemeridianfds.com) di suatu tempat di internet, Masih tidak meyakinkan kerana apa yang saya telah lalui sehingga saudara saya yang seorang paderi juga memberitahu saya mengenai skim pinjaman LFDS yang berterusan pada kadar faedah yang sangat rendah sebanyak 1.9 %% dan terma pembayaran balik yang indah tanpa penalti kerana gagal bayar pembayaran. Saya tidak mempunyai pilihan selain menghubungi mereka yang saya lakukan melalui teks + 1-989-394-3740 dan Encik Benjamin menjawab kembali kepada saya Hari itu adalah hari yang terbaik dan paling hebat dalam hidup saya yang tidak boleh dilupakan apabila saya menerima amaran kredit $ 400,000.00 Jumlah pinjaman kami yang dipohon. Saya menggunakan pinjaman dengan berkesan untuk membayar hutang saya dan memulakan perniagaan dan hari ini saya dan anak-anak saya sangat gembira dan memenuhi. Anda juga dapat menghubungi mereka melalui e-mel: (lfdsloans@outlook.com / lfdsloans@lemeridianfds.com) Helaian WhatsApptext: + 1-989-394-3740 Mengapa saya melakukan ini? Saya melakukan ini untuk menyelamatkan seberapa banyak yang memerlukan pinjaman tidak menjadi mangsa penipuan di internet. Terima kasih dan Tuhan memberkati anda semua, saya Oleksander Artem dari Horizon Park BC, Ukraine.
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut