BAB I
PENDAHULUAN
Geologi merupakan ilmu kebumian.
Orang yang mempelajarinya disebut ahli geologi, geologiawan, atau geologist. Geologi,
kelompok ilmu yang mempelajari Bumi secara menyeluruh; pembentukan, komposisi,
sejarah dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung (menjadikan
muka bumi seperti saat ini).
Geologi modern berkembang pada
akhir abad ke -18, James Hutton
merupakan bapak geologi modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan
bukunya yang berjudul: Theory of the Earth dimana ia mencetuskan doktrin
Uniformitarianism (“The
present is the key to the past”, artinya gaya atau proses yang
membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah
berlangsung sejak terbentuknya bumi).
Tahun 1912, Alfred Wegener mencetuskan teori
pengapungan benua, yang “menduga” bahwa pada mulanya benua Amerika Selatan dan
Afrika bersatu, dan kemudian berpisah menjadi seperti saat sekarang yang
terpisah oleh samudra Atlantik. Sejak tahun 1960 berkembanglah Teori
Pengapungan Benua ( Continental Drift ) yang sekarang di kenal
dengan Teori Tektonik Lempeng.
Teori ini dapat menjelaskan dan menyderhanakan banyak hal mengenai
gejala-gejala alam yang semula di anggap misterius. Seperti gempa bumi yang
datangnya secara tiba-tiba dan gunung api yang tiba-tiba meletus.
Ilmu geologi terus berkembang dan
terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang menjadi dasar geologi. Cabang-cabang ilmu
geologi tersebut diantaranya : Mineralogi, Petrologi, stratigrafi,
Paleontologi, Geologi Struktur, Geomorfologi, Geofisika, Geokimia, dan lain
sebagainya.
Untuk masuk ke dalam ilmu geologi
yang lebih kompleks diperlukan bekal pengetahuan mengenai keadaan alam bumi
seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, badai angin topan, dan banyak lagi jenisnya merupakan hasil atau
produk dari proses yang dapat dipelajari pada ilmu geologi yang lebih spesifik
lagi.
BAB II PEMBAHASAN
A. GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU SUMATERA
Proses pengangkatan pertama dimulai
pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran (fault)
dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel dengan
struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan
sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang
terendapkan terdapat di bagian barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya
lokal. Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan terjadi aktifitas
volkanisme yang menghasilkan larva andesit.
Pada zaman Miosen tengah terjadi
pengangkatan yang besar sehingga membentuk Geantiklin Sumatra. Pada saat itu
terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas vulkanisme. Intrusi
granodiorit terjadi juga pada zaman miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi
penurunan yang berarti dan terjadi proses pandataran yang cukup lama akibat
erosi.
Periode Oregenik yang terakhir
terjadi pada zaman Plio-Pleistosen yang mengakibatkan pembentukan patahan blok
dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan yang terjadi pada zaman
Plio-Pleistosen adalah zone patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi
kegiatan gunung api dan kegiatan gunung api pada zaman Kuarter tersebut
sebagian besar berasosiasi dengan sesar, misalnya bila suatu tempat terjadi
sesar akan diikuti bentambahnya gunung api yang baru. Ada juga kegiatan gunung
api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah merupakan hasil dari
persesaran.
a) Sumatra Sebelah Barat
Sumatra sebelah barat tersusun atas endapan batuan tersier
yang sangat tebal dan bersifat resistensi terhadap erosi kecil.
Singkapan-singkapan batuan yang berumur pretersier di jalur non-vulkanik sangat
jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt ditemukan secara lokal. Proses
pengangkatan yang menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi pada zaman
Kuarter.
b)
Sumatra Sebelah Timur
Pulau Sumatra sebelah timur merupakan bagian dari Dangkalan
Sunda terutama yang tersusun atas batuan sedimen Mesosoikum dan Poleisoikum dan
pada bagian atasnya terjadi intrusi granit. Seluruh daerah ini telah mengalami
pendataran dan kenampakan-kenampakan struktural masih dapat diamati.
Zone-zone yang perlu diperhatikan di Sumatra Timur
meliputi:
1.
Blok Sekapung
Ø Dibatasi oleh escarpment mempunyai
ketinggian maksimal 200 meter
Ø Sepanjang sesar terjadi erupsi
andesitic dan desitik
Ø Blok Sekapung telah mengalami base
leveling
Ø Fault scrap tidak dijumpai tetapi
yang dijumpai bocca
Ø Bagian selatan blok sekapung terdapat
pulau-pulau vulkanik seperti Sebuku, Sabesi, Krakatau yang dengan patahan utama
2.
Blok
Plateu Sukudana
Disebelah timur terdapat plateu basalt sukudana yang lavanya
keluar dari Sesar Sukudana, dikatakan plato basal karena tebal dan
penyebarannya bersifat porous karena terdapat joint pada plato basalt. Di zone
ini terdapat Danau Jepara.
3.
Dataran
Alluvial
Sebarannya sepanjang Lampung sempit, setelah mendekati
Palembang meluas merupakan basement yang terdiri dari granit dan grano diorite.
c)
Sumatra Selatan
Ciri-ciri pegunungan yang tersebar di Sumatra Selatan
sebagian besar pegunungan blok dan ditumbuhi oleh gunung api. Ciri dari
pegunungan blok lain adalah di bagian tenggara merupakan dataran rendah dan
permukaannya agak datar karena base-lavelling yang cukup lama. Sebelah barat
merupakan graben tengah yang miring ke arah barat dan bagian timur graben
tengah miring ke arah timur. Gunung api yang muncul di pegunungan blok
berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material vulkanik menutup sebagian
besar dari bukit barisan terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian
timur graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup luas di sebelah
utara Lampung yang dicirikan oleh adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan
terdapat lava basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik keluar dari blok
Selampung.
Blok Bengkulu adalah suatu daerah Depresi Suoh yang tersusun
atas lava andesit dan dasit serta intrusi granit dan granodiorit yang merupakan
batuan intrusi. Depresi Suoh pada bagian baratnya terdapat sumber mata air yang
panas serta ada juga sedimen Neogen yang tersebar terutama di bagian barat blok
Bengkulu kemudian terjadi proses lipatan pada zaman permulaan Neogen dan
penurunan akhir Neogen, ini membuktikan adanya endapan marine di daerah Crui.
Pola aliran sumber air blok Bengkulu bagian barat yang
terdapat graben pola alirannya paralel dan kombinasi dengan pola trelis.
Sungai-sungai pendek dan lurus serta pada beberapa tempat terjadi pembelokan
yang mendadak, graden besar. Ciri-ciri lain pantai yang naik terbukti dengan
adanya teras pantai, benting karang, benting pantai yang naik. Bagian blok
Bengkulu sebelah barat terdapat aktifitas gunung berapi, terutama gunung api
Kwarter dan distribusinya terdapat di sepanjang graben tengah. Pertumbuhan
gunung api tersebut berasosiasi dengan sesar. Aktifitas gunung api yang
terdapat diblok Bengkulu adalah pegunungan Hulu Palik dan Gunung Api Daun.
Gunung Api Daun berperan untuk membelokkan arah sungai. Di sepanjang graben
tengah perbatasan dengan blok Bengkulu terdapat mata air yang panas dan kipas alluvial
(fluvio vulkanik fans). Graben
Tengah, penampang yang perlu diperhatikan:
a.
Penampang
Semangko
Penampang ini berbentuk segitiga, pada kedua sisinya yaitu
sisi timur dan sisi barat dibatasi oleh garis lengkung dan garis lurus di
bagian barat. Sebagian kelanjutannya dari graben tengah di selatan timbul horst
tobuan.
b.
Penampang
Ranau
Terdapat Danau Ranau yang merupakan vulcano tektoknik
despression dengan ukuran 16×12 km. Material yang dikeluarkan bersifat netral.
Pada penampang Ranau terdapat ignibrite tetapi tidak menunjukkan stratifikasi
yang jelas.
c.
Penampang
Makau Tanjung Sakti
Terdapat suatu Sungai Kuala dan Sungai Mangkakau yang berasal
dari utara. Di sebelah utara horst terdapat suatu dataran alluvial tanjung
sakti yang merupakan dataran alluvial subur dan dilalui sungai yaitu sungai
Mana mengalir ke lautan Indonesia.
d.
Ketahun
Merupakan Graben tengah yang yang menyempit beberapa terdapat
horst. Pola aliran pada graben tengah mengalami proses perubahan relative
cepat. Aktivitas graben twngah mengalami proses perubahan relative cepat.
Aktivitas graben tengah ini terjadi antara bagian yang tergeser. Pada daerah
terdapat Sungai Tergwse yang masih labil sehingga dapat menyebakan jalan
terputus
Pegunungan di sebelah timur graben
tengah. Ciri-ciri:
Ø Merupakan sisi timur Geantiklinal
Bukit Barisan
Ø Blok miring ke arah timur, sebagian
horizontal
Ø Umur hampir sama dengan blok Bengkulu
Ø Pengikisan intensentif
Ø Batuan sedimen, baku, metamorf, pada
Tertier
Ø Resistensi terhadap erosi sehingga
sangat berpengaruh terhadap aliran lava dan lahar dari zone bagian tengah ke
Sumatra bagian timur.
One zone pada pegunungan blok sebelah timur graben tengah.
a.
Blok
Semangko Rantai.
Batuannya terutama tersusun atas andesit tua, lerengnya
melandai ke arah timur dan sungainya adalah sungai konsekuen. Terdapat sesar
yang sejajar dengan graben tengah sebarannya hingga sampai di gunung api
rantai.
b.
Graben
Gedong Suria
Terletak di sebelah utara huluwai samang merupakan vukanik
depression yang tingginya 1100-1300 m. Diperkirakan letusannya yang tertinggal
menghasilkan tuff asam bersifat granitik, desitik.
c.
Pegunungan
Garba
Terletak di sebelah utara graben Gedong Surian merupakan
suatu celah yang disebut gab komering yaitu merupakan suatu tempat keluarnya tuff
ranau ke arah timur.
d)
Sumatra Tengah
1.
Ciri-ciri :
Ø Mirip Sumatra Selatan
Ø Merupakan lanjutan dari blok Bengkulu
Ø Sungainya mempunyai perubahan secara
mendadak terutama yang mengalir ke barat, yang disebabkan oleh:
a.
Adanya
patahan
b.
Resistensi
batuan
c.
Bentuk
lembah V
d.
Daerah
patahan aliran sungai mengecil sehingga sedimennya kuat
e.
Adanya
beach ridge membuat aliarannya terhambat
Ø Graben tengah berkembang baik mulai
dari Danau Kerinci sampai Solok di Singkarak
Ø Dataran tinggi padang sampai Angkolo
Ø Gunung api strato
Ø Pegunungan sebelah timur graben
tengah ada pegunungan lipatan, batuan Pre-Tertier, akibatnya pola aliaran
sungainya trellis
Ø Endapan swamp luas di Sumatra Utara
dengan endapan gambut
2.
Sumatra
Tengah dibagi 4 Zone
a.
Pegunungan
blok disebelah barat graben tengah
b.
Kelanjutan
dari blok Bengkulu
Merupakan kipas alluvial terdapat “
beach ridge” akibatnya pola alirannya trellis. Ditemukan pula patahan yang
melintang
c.
Dataran
Indrapura
Merupakan dataran pantai trianggulair
meluas kearah barat laut sungai indrapura berkumpul menjadi sungai komsekuen
yang datangnya dari bukit Barisan
d.
Dataran
Alluvial Padang
Ø Material bahan vulkanik dari gunung
api Maninjau
Ø Sering terjadi banjir
Ø Terdapat beach ridge
Ø Merupakan pantai berbatu ke teluk
sampai Palembang
Ø Fluvio vulkanik fans
Ø Mempunyai sebaran yang luas di utara
timur padang
Ø Dapat dibedakan fluvio vulkanik tua
dan muda
Ø Sentral erupsinya dasyat
e)
Sumatra Utara
Schurmann menggambarkan bagian Paleogene ke dalam pegunungan
Batak Lands, membentuk rangkaian pegunungan Pre-Tersier sampai timur laut.
1.
Pilo-Pliocene
Sesudah pengangkatan Intra Miosen pada zone barian umumnya
tidak terbentuk endapan marine. Selama akhir Neogen, rangkaian pegunungan
barisan rangkaian pegunungan barisan membentuk rangkaian gunung api antara
basin indiogosinklinal Sumatra Timur dan Sumatra India.
2.
Pilo
– pleistosene Diastropisme
Pada akhir Neogen rangakain pegunungan barisan mengalami
gerakan disertai dwengan blok faulting dan erupsi poxymal magma asam (gantik).
Pada waktu yang sama lembah Sumatra Timur diisi dengan akumulasi sedimen yang
sangat besar, kemudian ditekan, dan dilipat.
3.
Barisan
Zone Semangko
Satu dari banyak kenampakan yang menarik dari Bukit Barisan
adalah rift zone longitudinal yang memanjang dari teluk Semongko Selatan sampai
lembah Aceh Selatan. Zone graben pada puncak geantiklinal barisan dihasilkan
dari tekanan, berhubungan dengan lengkungan atas.
Pegunungan sebelah barat graben tengah terdiri dari batuan
massif yang berumur Kuarter dan sejumlah formasi vulkanik muda Paelozoik dan
cristalin schists. Batak culmination di Bukit Barisan Sumatra Utara dekat
Sungai Wampu dan Sungai Barumuadi Bukit Barisan terdapat kulminasi berbentuk
khas disebut Batak Timor.
Danau Toba dari geologinya termasuk vulkano tektonik.
Kenampakan morfologi Toba lebih muda dari lembah Asahan. Lembah Asahan
merupakan aliran tuff dan memotong dekat Porsea oleh Kawah Toba. Pusat patahan
blok Toba, setelah runtuh Kawah Toba mengalami patahan. Kemiringan
terus-menerus sepanjang waktu juga dikelilingi blok. Ketinggian maksimum Danau
Toba lebar 500 m dan tinggi 1400 m (air danau Toba ). Volume kawah sekitar
1000-2000 cb/km3 dan terisi oleh piroklastik. Depresi Toba telah ada sebelum
ledakan. Daerah sekeliling Toba merupakan lereng curam. Aliran ignimbetrstes
pada Pre-Tersier dan batuan Neogen menurun ke selatan dengan lereg danau yang
terjal antara 1600 m.
Timbunan danau lebih muda yaitu terletak di sebelah barat
laut Samosir antara Balige dan Poresia. Blok Samosir dan Penisula marupakan
timbunan Prapat dan Porosea. Kearah barat dip 5-8 derajat (timbunan pulau
Samosir) dan ke arah timur dip 10-15 derajat dengan dasar tuff. Sisi barat
merupakan pusat dome dibentuk oleh Pulau Samosir dan ke arah barat oleh Ulukan
Penisula.
Terbentuknya pegunungan Bukit
Barisan
Gunung
merupakan suatu
daerah yang mempunyai perbedaan tinggi yang kontras dengan daerah disekitarnya.
Sebuah gunung dapat didefinisikan apabila memiliki puncak lebih dari 610m dari
atas permukaan laut. Bila
terdapat suatu jalur busur yang memanjang antara puncak yang satu dengan puncak
lainnya yang saling berhubungan maka fenomena itu dikenal sebagai pegunungan.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yaitu lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik yang mana kepulauan di nusantara tersebut
akan terus bergerak rata-rata
3-6cm bahkan 12cm per tahunnya, yang saling berrtumbukan/berinteraksi.
Pulau
sumatera sendiri berada pada zona wilayah tumbukan antara lempeng
Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Gambar disamping berikut adalah visualisasi
kronologis dari pulau Sumatera
Pegunungan
Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (di
Nangroe Aceh Darusalam) sampai ujung selatan (di Lampung) pulau Sumatra. Proses
pembentukan pegunungan ini berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu
berkisar antara 45 – 450 juta tahun yang lalu. Teori pergerakan lempeng
tektonik menjelaskan bagaimana pegunungan ini terbentuk.
Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer
padat yang terapung di atas mantel yang bergerak satu sama lainnya.
Terdapat tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap
lempeng lainnya, yaitu apabila kedua
lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati (collision) dan saling geser (transform).
Tumbukan lempeng tektonik antara indian-australian
plate dengan eurasian plate terus bergerak secara lambat laun. Saat kedua
lempeng bertumbukan atau saling
mendekati, bagian dari indian-australian plate berupa kerak samudera yang memiliki
densitas yang lebih besar dan tentu
lebih berat tersubduksi tenggelam jauh ke dalam mantel dibandingkan dengan kerak
benua pada eurasian plate di posisi pulau sumatera. Zona gesekan akibat gaya
tekan dari tumbukan tersebut menjadi begitu panas sehingga akan mencairkan
batuan disekitarnya (peleburan parsial). Kemudian batuan cair tersebut yaitu
magma naik lewat, menerobos dan mendesak kerak dan berusaha
keluar pada permukaan dari lempeng di atasnya. Alhasil terbentuklah busur
pegunungan bukit barisan di bagian tepi eurasian plate, di pulau Sumatera,
Indonesia .
B. GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU JAWA
Luas Pulau Jawa
adalah 138.793,6 km2 dihuni oleh penduduk sekitar 124 juta jiwa dengan
perkiraan kepadatan penduduk 979 jiwa per km2. Pulau yang memiliki beberapa
gunung berapi ini pada awalnya merupakan bagian dari gugusan kepulauan Sunda
Besar dan paparan Sunda, yang konon pada masa sebelum es mencair merupakan
ujung tenggara benua Asia yang menyatu.
Menurut para ahli,
Pulau Jawa terbentuk akibat peristiwa vulkanik, yakni terjadinya gempa yang
disebabkan oleh tubrukan dua lempeng benua Australia dan Asia sekitar 20 juta
tahun sebelum masehi. Pada saat itu, daratan wilayah jawa tengah dan jawa timur
belum muncul dan masih berupa lautan. Kemudian sekitar Lima juta tahun yang
lalu konfigurasi serta bentuk pulau-pulau diIndonesia sudah mirip dengan yang
ada saat ini. Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah
terdapat gunung-gunung api yg aktif hingga saat ini. Patahan-patahan di sumatra
masih saja bergerak, juga saat itu patahan-patahan Jawa mulai terbentuk dan
semakin jelas.
Pendapat mengenai
anggapan bahwa kawasan jawa tengah dan jawa timur dulunya merupakan dasar laut,
ialah dengan di temukanya fosil – fosil binatang laut berusia jutaan tahun di
beberapa tempat di pulau ini. Salah satunya adalah sangiran dan wonosari, Jawa
tengah. Bukti lainya ialah dengan banyaknya dijumpai gunung gamping di daerah
selatan Pulau Jawa. Yang menurut para ahli geologi/kebumian, bahwa gamping itu
dulunya terumbu karang yg hidup dan berada di laut. Sebagai contoh Pulau Seribu
atau Great Barier di sebelah timur Australia.
Konon, proses tersebut terjadi
pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian terendam
air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang
merupakan mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang
sebagian adalah Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta
Dwipa. Dari bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang
disebut Jawata, yang satu
potongan bagiannya adalah pulau Jawa.
C. PROSES PEMBENTUKAN PULAU JAWA
1.
Pengaruh gerak lempeng
Ø
Kala kapur hingga oligosen tengah
diperkirakan busur vulkanis terbentuk di Pulau Jawa dan satu busur vulkanis
terbentuk di daratan Pulau Jawa.
Ø
Busur non
volkanis di perkirakan berumur eosen, tersusun oleh
fragmen kerak bumi yang tertimbun pada jalur subdaksi dan mengandung kwarsa.
Ø
Antar busur volkanis dan non
volkanis terdapat cekungan busur luar yang relative dalam, terletak
di sekitar pantai utara Jawa.
Ø
Akhir miosen dan oligosen
terjadi perubahan tegas yaitu jalur subdaksi bergeser ke selatan.
Ø
Busur volkanis diperkirakan di pantai selatan Pulau
Jawa sekarang. Gunung api muncul di dasar laut membentuk deretan gunung api.
Aktivitas vulkanik ini merupakan tahap pertama pembentukan Pulau Jawa.
Ø
Satu busur gunungapi
dengan laut dangkal yang luas sampai Kalimantan (sampai pliosen
tengah)
Ø
Busur dalam bergeser ke utara hingga
pantai utara Jawa, laut dangkal mengalami pengangkatan membentuk daratan
sehingga sedimen marin muncul ke atas permukaan laut. Kala pliosen kuarter
garis besar pulau Jawa sudah terbentuk.
Ø
Akhir pliosen
di perkirakan Pulau Jawa sering tenggelam yang muncul hanya
perbukitan di bagian selatan Jawa.
2. Pengaruh
iklim
Ø
Pada zaman kuarter
terjadi perubahan tegas iklim di bumi.
Ø
Sebelumnya pada zaman
tersier iklim di wilayah Indonesia merupakan iklim tropis
lembab dengan suhu rata-rata pertahun lebih tinggi dari sekarang.
Ø
Perubahan iklim menyebabkan
berbagai peristiwa seperti terjadinya zaman es dan zaman pencairan
es, yang akibatnya terbentuk teras marin, pembentukan sedimen pada lingkungan
marin di darat dan pembentukan sedimen darat di lingkungan marin.
Ø
Pengaruh iklim tersebut berpengaruh pada proses pelapukan,
erosi, abrasi, dan gerak masa batuan, yang sangat menentukan bentukan
geomorfologis dan pembentukan tanah.
D. PEMBAGIAN ZONA DI JAWA
1. ZONA SELATAN
v
Berupa plato,
berlereng miring ke arah selatan yaitu ke arah laut
Hindia. Pengikisan banyak terjadi pada plato.
v
Di Jawa Tengah zona ini di
tempati oleh dataran aluvial.
v
Sebelah utara zona ini
berbentuk tebing patahan.
v
Pada kala miosen tengah
terjadi pelipatan.
2. ZONA TENGAH
v
Depresi banyak terjadi di
Jawa Timur dan Jawa Barat.
v
Muncul gunungapi besar
muda, contohnya pada pegunungan Serayu selatan di
Jawa Tengah.
v
Lembah Serayu banyak
terjadi di pegunungan Serayu utara dan selatan.
v
Bukit dan pegunungan di
Banten.Proses terbentuknya zona ini pada
kala miosen tengah–muda
3. ZONA UTARA
v
Pegunungan
lipatan bukit-bukit rendah.
v
Inti geosinklinal muda.
v
Ada selingan gunungapi
yang berbatasan dengan dataran aluvial.
v
Lipatan pada miosen atas jalur kendeng-Rembang.
v
Pengendapan hingga pleistosen.
v
Pada pegunungan
Kendeng bermaterial gamping.
v
Pantai landai dengan endapan dari pegunungan membentuk
delta di sebagian besar pantura
Menurut Van Bemmelen,
secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibagi ke dalam 7 kondisi geomorfik sebagai
berikut :
1.
Vulkan-vulkan
berusia kuarter ( Volcanoes-volcanoes)
2.
Dataran
Aluvial Jawa Utara (Alluvial Palins Nothern Java)
3.
Antiklinorium
Remban-Madura (Rembang-madura Anticlinorium)
4.
Antiklinorium
Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng (Bogor, North-Serayu dan
Kendeng-Anticlinorium)
5.
Dome
dan Igir di Zona Depresi Sentral (Dome
and Ridgres in central depretion zone)
6.
Zona
Depresi Sentral Jawa dan zone Randublatung (Central Depretion zone of Java and
Radublatung zona).
7.
Pegunungan
Selatan (Southern Mountains)
Kondisi fisiografis
Jawa, dari Selatan ke Utara dapat diuraikan sebagai
berikut:
berikut:
v
Pegunungan Selatan (Southern
Mountains )
Pegunungan selatan sebagai hasil
pelipatan pada Maosen dan berlanjut kearah Timur yaitu ke Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur. Pegunungan
selatan Jawa merupakan pegunungan kapur dengan gejala karet dan dibeberapa
tempat bagian bawah dari formasi kapur ini didasari oleh endapan vulkanik
andesit tua seperti dapat dilihat di Batur Angung (Formasi Nglanggran) dan di
Merawan. Pegunungan Selatan Jawa memanjang
arah Barat-Timur yang dimulai dari bagian Timur Teluk Tjiletuh di Jawa Barat
sampai ke bagian Barat Segara Anakan. Dari Segara Anakan sampai ke
Parangtritis, Zona Selatan (Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan
sisa-sisa dibeberapa tempat yang masih berada di beberapa di atas permukaan air
laut yaitu di Pulau Nusakambangan dan Karangbolong. Pada bagian yang mengalami
penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-endapan yang berasal
dari pengunungan Serayu Selatan.Di bagian Jawa Timur, pegunungan ini dimulai
dari parangtritis sampai ke Blambangan. Nusa Barung adalah bagian pegunungan
Selatan yang berada diatas permukaan laut, sedangkan di Utara Nusa Barung yaitu
dari Pasisiran sampai ke Puger pegunungan Selatan tertutup oleh endapan yang
berasal dari Komplek Ijang.
v
Dome dan Igir-igir di Zona
Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
Depression Zone)
Depression Zone)
Daerah ini berupa
pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang memanjang dari Ujung
Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini
menyentuh Laut. Di Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang
dari Majenang sampai ke pegunungan Kulonprogo.
v
Zone Depresi Jawa bagian Tengah
Di Jawa Barat zona
ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar (G.Patuhi, G. Tilu, G.
Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan
G. Tangkuban Perahu). Di Jawa Tengah vulkan-vulkannya posisi yang lurus
mengarah Barat Timur.
Sedangkan untuk
daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks
Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau
dilihat secara keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan
posisi agak ke Selatan apabila dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya
(Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat vulkan yang
mengarah Utara – Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu. Vulkan-vulkan ini
tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi-Kendeng Rodge dengan sesaran
perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Barat Zona
Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk Jawa
Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari
sebelah Utara Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah
pegunungunan Kendeng yang membentangi dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke
sebelah Barat Wonokromo.
v
Daratan Alluvial Jawa Utara
(Alluvial Palin of Northern Java)
Tidak semua pantai
Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat dataran Alluvial ini (Dataran
pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon.
Sedangkan untuk Jawa Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial
Jawa Barat bagian Utara. Dataran alluvial di Jawa Tengah membentang dari Timur
Cirebon sampai ke Pekalongan. Kemudian dimulai lagi dari sekitar Kendal sampai
Semarang dan dari Semarang dataran alluvial ini melebar sampai di daerah
sekitar Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki oleh dataran
alluvial melainkan oleh perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai
ke Utara Gresik (Antiklinorium Rembang). Antiklinorium ini berlanjut ke Madura,
yang terpisahkan oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran Alluvial yang relatif
agak luas terdapat segitiga Jombang - Wonokromo – Bangil dan diantaranya
Bojonegoro – Surabaya berbentuk memanjang.
Pada awal Paleogen Sumatera, Kalimantan dan Jawa masih
merupakan satu daratan dengan Benua Asia yang disebut tanah Sunda. Pada Eosen
pulau Jawa yang semula berupa daratan, bagian utaranya tergenang oleh air laut
dan membentuk cekungan geosinklin. Sedangkan bagian selatan pulau Jawa
terangkat dan membentuk geantiklin yang disebut geantiklin Jawa Tenggara.
Pada kala Oligosen hampir seluruh pulau jawa terangkat
menjadi geantiklin yang disebut geantiklin Jawa. Pada saat ini muncul beberapa
gunung api di bagian selatan pulau ini.
Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga pada Miosen bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-pulau gunung api. Pada pulau-pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan endapan-endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera.
Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga pada Miosen bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-pulau gunung api. Pada pulau-pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan endapan-endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera.
Pada Miosen tengah di sepanjang selatan pulau Jawa
pembentukan gamping koral terus berkembang diselingi batuan vulkanik. Kemudian
pada Miosen atas terjadi pengangkatan pada seluruh lengkung Sunda-Bali dan
bagian selatan Jawa. Keberadaan pegunungan selatan Jawa ini tetap bertahan
sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batuan kapur yang
dibeberapa tempat diselingi oleh munculnya vulcanic neck atau bentuk intrusi
yang lain.
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari
pola-pola struktur geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di
pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan
suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, pelipatan dan vulkanisme di
bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara
umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya
(NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda
dan arah Timur – Barat (E-W) disebut pola Jawa.
Pola Meratus di bagian barat dapat dilihat pada Sesar
Cimandiri, di bagian tengah ditunjukkan dari pola penyebaran singkapan batuan
pra-Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan
oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan
Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian
Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan ditunjukkan
pada bagian timur.
Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak
lebih dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terlihat. Pola-pola
ini antara lain pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan
Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan.Pola Jawa di
bagian barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beri-bis dan
sesar-sesar dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar
yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur
ditunjukkan oleh arah sesar pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.
Dari data stratigrafi dan tektonik
diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang
termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur
Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri
Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih
muda.
Akibat
dari pola struktur dan persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan
pola yang tertentu pula. Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa
Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.
Secara lebih terperinci, Dobby
membagi Jawa dan Madura atas dasar bentuk permukaan buminya menjadi :
1.
Pantai Selatan yang merupakan daratan
dari kapur
2.
Daerah perbukitan di bagian teengah.
3.
Jalur gunung api yang menjadi sumbu
Pulau Jawa
4.
Jalur alluvial (endapan) yang
memanjang dari Banten menuju Lembah Lusi-Solo sampai Selat Madura.
5.
Pantai utara yang merupakan dataran
dari kapur
1. Pantai Selatan
Dinding-dinding pantai selatan Jawa
sangat curam. Karena ketika bagian selatan pulau Jawa terangkat pada Oligosen,
gelombang laut selatan Jawa yang besar akan menghantam dinding pantai sehingga
menjadi terjal. Gelombang pantai yang besar ini dikarenakan angin yang
berhembus berasal dari laut lepas (Samudra Hindia).
Contohnya pada pantai Popoh di Tulung Agung. Pantai ini berhadapan langsung dengan laut lepas dan dinding pantainya sangat terjal. Pada pantai ini terdapat singkapan yang sangat bagus yaitu diantara lapisan batuan kapur tersisip suatu lapisan yang terdiri dari batuan pasir. Batuan ini merupakan hasil aktivitas vulkanik yang ada pada saat koral dan foraminifera mulai tumbuh pada Miosen bawah. Singkapan yang ada dibentuk oleh hantaman gelombang (abrasi) dari Samudera Hindia.
2. Daerah Perbukitan
Barisan
perbukitan dan jalur lembah-lembah adalah bentang alam tua yang sudah sangat
terkikis. Di antara perbukitan itu terdapat suatu alur yang dibeberapa tempat
merupakan cekungan, misalnya Bandung dan Garut. Sedangkan mengarah ke timur
semakin melebar dan mulai terbuka serta melandai sampai sebagian tenggelam di
Selat Madura. Ketinggian endapan di daerah ini menurut Dobby sampai mencapai
kira-kira 1200 m, dan membentuk bagian dari susunan dataran tinggi di Pulau
Jawa. Di bagian selatan barisan perbukitan ini ada yang mencapai pantai sebagai
tebing pantai yang curam. Hanya dibeberapa tempat dikatakan bahwa tanah tinggi
itu mundur dari pantai, misalnya di dataran rendah Banyumas.
3. Jalur Gunung Api
Sumbu
jalur rangkaian gunung api terletak di pedalaman. Sebagai perkecualian adalah
Gunung Karang di Banten dan Gunung Muria di dekat Jepara. Kedua gunung api
tersebut terletak di luar jalur umum. Di Jawa Barat rangkaian gunung api
merupakan lengkungan melingkupi cekungan Bandung dan cekungan Garut, yang pada
masa dahulu pernah tergenang menjadi danau. Keadaan yang mirip terdapat di Jawa
Timur. Di sini pun gunung-gunung api membentuk kumpulan yang bersambung.
Gunung-gunung api di Jawa Tengah agak berbeda dengan di Jawa Barat dan Jawa
Timur. Di Jawa Tengah, gunung-gunung api hanya mengelompok dalam dua atau tiga
saja, dipisahkan oleh dataran tinggi endapan.
Kebanyakan gunung api tersebar pada jalur tengah. Bahan-bahan ejektanya menyebar ke berbagai tempat. Menurut Dobby, hanya gunung api di Banten Selatan yang mengeluarkan lava asam. Karena itu kesuburan daerah ini agak rendah bila dibandingkan dengan daerah lainnya di Jawa Barat.
4. Jalur Aluvial Utara
Endapan
ini terbentuk oleh sungai yang membawa bahan ejekta gunung api. Karena itu,
dataran ini umumnya cukup subur. Jalur endapan ini menurut Dobby terbagi atas
dua bagian :
a.
bagian yang sebelah dalam, yang lebih dekat ke
pegunungan, dibatasi oleh teras-teras yang hampir sejajar dengan garis pantai;
b.
bagian luar merupakan dataran yang
tingginya
5. Pantai Kapur Utara
Pantai
utara Jawa merupakan daerah yang relatif tandus karena di sana terdapat alur
pegunungan kapur utara. Pantai kapur ini terutama terdapat di daerah Rembang
dan Madura. Di pantai Rembang-Bojonegoro dataran endapannya sempit dan
pantainya mempunyai tebing agak curam, dibeberapa daerah melebihi 30 m. Di
Madura tepian kapur ini tidak merata.
Dari berbagai sumber.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar