Senin, 21 Mei 2012

PERTANIAN JERUK BERASTAGI


BAB III
PEMBAHASAN
1.    Gambaran Umum Kecamatan Berastagi
Berastagi merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kecamatan ini dengan pusat pemerintahan kabupaten sendiri yakni Kabanjahe adalah 10 km, dengan ibukota provinsi yakni Medan adalah 65 km. Sementara jarak ke desa/kelurahan yang terjauh adalah 9 km. Secara administratif Kecamatan Berastagi terdiri dari 5 desa swasembada yakni Desa Doulu, Desa Sempa Jaya, Desa Rumah Berastagi, Desa Guru Singa dan Desa Raya serta 4 daerah kelurahan yakni Kelurahan Gundaling I, Kelurahan Gundaling II, Kelurahan Tambak Lau Mulgap I dan Kelurahan Tambak Lau Mulgap II. Serta mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
1)   sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
2)   sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe
3)   sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat
4)   sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah
Kecamatan Berastagi terletak di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 375 m dari permukaan laut dan suhu maksimumnya adalah 22º Celcius sedangkan suhu minimum adalah 16º Celcius. Topografi Kecamatan Berastagi datar sampai dengan berombak 65%, berombak sampai dengan berbukit 22%, berbukit sampai dengan bergunung 13% dengan tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai dengan tinggi didukung lagi dengan curah hujan rata-rata 2.100 sampai dengan 3.200 mm pertahun.
Keadaan ini menjadikan daerah Berastagi sangat baik sebagai daerah pertanian. Seluruh daerah pertanian yang terdapat di Berastagi digunakan dengan seefektif mungkin. Luas keseluruhan daerah Kecamatan Berastagi adalah 3050 Ha, yang terdiri dari areal pemukiman penduduk, perladangan/persawahan, pariwisata, bangunan umum, dan lain lain.
            Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat Berastgai adalah bertani. Hal ini disebabkan lahan pertanian yang sangat subur, sehingga sebagian besar penduduk Kecamatan Berastagi bekerja sebagai petani khususnya bagi mereka yang tinggal dan memiliki lahan pertanian di daerah pedesaan, seperti di Desa Doulu, Desa Sempa Jaya, Desa Rumah Berastagi, Desa Raya dan Desa Guru Singa. Hal ini terjadi mengingat bahwa di daerah pedesaan tersebut sebagian besar masih berupa lahan-lahan pertanian sehingga sangat mendukung bagi para penduduk untuk mengusahakannya dengan menanami tanaman-tanaman pertanian atau bertani. Sementara bagi daerah-daerah di Kecamatan Berastagi khususnya yang telah merupakan daerah-daerah kelurahan dan dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pedagang ataupun pengusaha baik besar maupun kecil, pengrajin/industri kecil, buruh industri dan bangunan, sopir, Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, pegawai swasta, pensiunan,dan sebagainya.

2.    Pertanian Jeruk Di Brastagi
a.      Jeruk Brastagi
            Jeruk Brastagi merupakan hasil yang terbersar dari Kab. Karo. Jeruk Brastagi tidak hanya dipasarkan di daerah, dalam negeri tetapi juga sudah di expor keluar negeri karena rasanya yang manis dan segar. Kualitas Jeruk Brastagi tidak diragukan lagi, karena ditanam dengan perawatan yang continue dengan orang-orang yang berpengalaman dibidang pertanian khususnya penanaman Jeruk.
jeryk.jpeg       jeruk-berastagi-300x300.jpg
Gambar 1. Pertanian jeruk Brastagi
            Jeruk ini banyak dijumpai di Desa Bukit, Kecamatan Brastagi, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Rasa buahnya manis menyegarkan dan mengandung banyak air. Keistimewaannya, buahnya tidak memiliki biji. Seandainya ada biji, tidak sebanyak jeruk keprok lain, paling banyak hanya dua biji. Buahnya berbentuk bulat pendek. Biasanya dalam setiap kilogram berisi 6-7 buah. Oleh karena itu dapat dipastikan jeruk ini agak besar, bobot rata-rata 145-165 g per buah. Warna kulit buahnya ketika muda hijau muda sampai hijau tua dan setelah matang berubah menjadi kuning cerah. Daging buahnya berwarna kuning. Jeruk keprok tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batangnya bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk sangat rindang. Dahannya kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1,5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap.
            Berkat kulitnya yang mudah dikupas dan rasanya yang khas, yang bervariasi dari asam melulu pada beberapa kultivar sampai sangat manis pada beberapa kultivar lain, sebagian besar jeruk keprok dimakan segar. Segmen-segmen buah dikalengkan dan sari buahnya diekstrak dari buah jeruk keprok ini. Pektin dan minyak atsiri diambil dart kulit buah, yang di Indonesia dijadikan bahan rujak.
Tabel 1. Tabel Produksi Buah-buahan dirinci Menurut Jenisnya, Tahun 2010
No
Jenis Buah-Buahan
Produksi (Kw)
1
Alpokat
150
2
Anggur
320
3
Kesemak
50
4
Jeruk
40
Sumber : Kantor Kecamatan Berastagi
IMG_5718.jpg
Gambar 2.Peneliti dengan Camat Brastagi
            Berdasarkan tabel diatas maka dapat terlihat bahwa produksi jeruk di Brastagi adalah yang paling rendah jika dibanding buah alpokat, anggur,  dan kesemak yaitu sebanyak 40 kuintal. Ini terjaid karena banyaknya serangan hama ayng menyerang tanaman jeruk patani.
b.      Syarat Tumbuh Dan Tata Cara Pemeliharaannya
            Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini akan memberikan hasil optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai. Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 25-30 C. Sedangkan sinar matahari harus penuh agar produksinya optimum. Tanah yang disukai tanaman jeruk ialah jenis tanah gembur, porous, dan subur. Kedalaman air tanahnya tidak lebih dari 1,5 m pada musim kemarau dan tidak boleh kurang dari 0,5 m pada musim hujan. Tanah tidak boleh tergenang air karena akar akan mudah terserang penyakit. Tanah yang baik untuk tanaman jeruk harus ber-pH 5-6. Curah hujannya yang cocok berkisar antara 1.000-1.200 mm per tahun dengan kelembapan udara 50-85%.
jeruk 2.jpeg
Gambar 3. Pemilik pertanian jeruk
            Pemeliharaan tanaman jeruk meliputi pembersihan tanaman dari lumut, benalu, dan gulma di sekitar tanaman, serta penyemprotan hama dan penyakit. Bila gulma berupa alang-alang, tanah di bawah tanaman perlu dicangkul hati-hati agar akar tidak rusak. Untuk mencegah tumbuhnya gulma sebaiknya ditanam tanaman penutup tanah seperti Centrosema sp., Colopogonium sp., atau Mucuna sp. yang tahan kekeringan dan suhu rendah. Pemangkasan dilakukan terhadap ranting yang sakit, kering, dan tunas air/tunas liar. Pemangkasan cabang dilakukan pula untuk pembentukan pohon agar bercabang banyak dan teratur sehingga terbentuk payung kanopi. Pertumbuhan cabang ranting yang terlalu rapat juga perlu dipangkas agar sinar matahari merata menyinari seluruh bagian tanaman. Cabang yang tidak mendapat sinar matahari umumnya hanya berbunga sedikit. Tanaman yang hasil buahnya sudah rendah juga perlu dipangkas. Tunas liar/tunas air yang sering tumbuh pada batang bawah harus cepat dibuang karena dapat mematikan pohon jeruk.
            Sebagai jenis jeruk utama, jeruk keprok sering diserang penyakit, terutama oleh kelompok virus menghijau. Kerugian pohon yang disebabkan oleh busuk akar (Phytophthora spp.) merupakan masalah utama. Barangkali pohon jeruk ini karena diperlemah oleh penyakit virus dan penyakit menghijau, maka toleransinya terhadap busuk akar melemah.
            Buah jeruk keprok sebaiknya dipotong dengan gunting, karena pemetikan dengan tangan kosong seringkali menyebabkan sesobek kulit buah tertinggal di pohon, terutama untuk kultivar-kultivar yang kulit buahnya mudah dikupas. Penanganan pasca panen karena kulit buahnya mudah terkelupas, buah jeruk keprok hendaknya ditangani dengan hati-hati. Buah jeruk biasanya dikelompokkan menurut ukuran dan dipilah-pilah menurut kualitas warna dan kulit buah. Buah yang telah dipilah-pilah, masing-masing tidak lebih dari 20 kg dikemas dan disimpan/diangkut dalam kotak kayu atau keranjang plastik. Pada suhu 10 C dan kelembapan 85-90%, buah jeruk keprok dapat disimpan selama 4-5 minggu.
c.    Penjualan Komoditas Jeruk Di Brastagi
          Komoditas jeruk asal Ta­nah Karo yang merupakan dae­rah sentra pertanian hortikultura di sini memang belum men­­dapat minat dari pasar lu­ar. Padahal petani lokal mampu memproduksi jeruk berkualitas tinggi sesuai yang diinginkan asal harga jual menguntungkan petani. Sampai sa­at ini jeruk Sumut masih dijual ke pasar domestik seperti ke Me­dan, Pekan Baru, Batam dan Jakarta. Kalau dari luar negeri permintaan ada saja, tapi produksi kita belum sesuai dengan yang diinginkan pasar tersebut. Untuk kualitas produksi je­ruk lokal, sebutnya, belum se­suai yang diinginkan pasar ekspor seperti besar dan warna buah yang tidak seragam atau jauh berbeda dengan produksi jeruk dari luar negeri. Ditam­bah lagi, tanaman jeruk lokal ma­sih mengenal musiman se­hingga membuat produksi ti­dak dapat berkontiniu.
jeruk q.jpeg
Gambar 4. Pemasaran jeruk Berastagi
          Tidak terlalu sulit untuk petani dalam menembus pasar luar atau menghasilkan buah sesuai yang diinginkan pasar luar asalkan harga jual tinggi dan pemasaran yang jelas. Ka­rena, petani untuk mendapat­kan produksi berkualitas ha­rus menambah modal sebesar 1,5 kali lipat dari biasanya yang mencapai Rp70 juta perhektar. Selain pengendalian serangan hama lalat buah ini, ia juga me­nyatakan, tanaman jeruk yang sudah tua atau tidak ber­produktif dengan usia rata-rata 20 hingga 25 tahun harus segera diremajakan. Karena sekitar 25 persen dari total lu­as areal tanaman jeruk di Ta­nah Karo sekitar 2.000-an hektare sudah tidak produktis sehingga produksi buah tidak maksimal. Adanya  kerjasama dengan para penangkar benih jeruk yang sudah dilakukan sejak satu tahun belakangan yang berbentuk fasilitasi pembinaan dari awal tanam, panen hingga pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jeruk. Dengan penggunaan bibit ber­kualitas dan pengendalian ha­ma serta penyakit secara terpadu, petani dapat melakukan kerja sama dengan eksportir buah sehingga jeruk dapat dipasarkan ke luar negeri.
          Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Sumut Darwinsyah me­ngatakan, pemasaran jeruk lo­kal sudah menembus pasar ekspor yakni ke Singapura dan Malaysia. Tetapi karena kualitas dan kuantitasnya tidak sesuai dengan permintaan pasar In­ternasional maka petani belum bisa memproduksi buah jeruk seca­ra massal sesuai permintaan, tetapi jeruk hasil olahan yang diekspor sudah banyak.
3.    Masalah Dalam Pertanian Jeruk Di Berastagi
a.      Hama
            Sardah Sembiring penangkar bibit jeruk di Brastagi mengatakan sudah dua tahun, petani jeruk di Kecamatan Brastagi, Tiga Panah, Barus Jahe dan Simpang Empat Kabupaten Karo mengalami gagal panen, akibat bermacam hama menyerang tanaman, salah satunya serangan hama lalat buah. Akibat serangan hama lalat buah, puluhan ton buah jeruk yang sudah masa pembesaran dan siap panen, setiap hari berguguran dan bermacam racun serangga maupun lem gethanol sudah digunakan para petani, namun hama itu tak kunjung teratasi, Edi Sofyan selaku pendamping para petani menyatakan, selama dua tahun serangan hama lalat buah, hingga puluhan juta rupiah petani mengalami kerugian, bahkan biaya untuk anak-anak mereka bersekolah di perguruan tinggi maupun mau masuk ke perguruan tinggi menjadi gagal karena faktor ekonomi mereka semakin terpuruk, bahkan sudah banyak sertifikat tanah terbenam di bank.
            Sardah Sembiring dan Darmin Pelawi, petani jeruk memiliki kebun cukup luas sama-sama mengakui, sejak dua tahun mereka yang rata-rata setiap panen mendapatkan 60 sampai 80 ton kini hanya tinggal 8 sampai 9 ton, hingga untuk biaya pupuk dan racun hama tidak balik modal. Namun, sejak kehadiran pupuk Bintang Tani yang di gunakan selama tiga bulan sekali, biaya pemupukan sedikit berkurang dan hasil tanaman, terutama pada buah jeruk sedikit meningkat.
            Penurunan produksi tanaman jeruk yang dirasakan petani Karo dalam beberapa tahun belakangan  berkisar 30 hingga 60 persen, kini ditangulangi dengan cara memasang  perekat dan Metil Eugenol (Perekat  atau lem) dibumbui manisan berwarna kuning-orange, yang telah diberi racun. Seperti dilakukan petani Desa Raya Kecamatan Berastagi, dipandu petugas Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pertanian Berastagi, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan petugas penyuluh lapangan (PPL)  guna memasang perangkap secara serentak di perladangan masing-masing, dengan tujuan meminimalkan serangan hama, khususnya lalat buah menyerang tanaman jeruk petani.
            Kegiatan pengendalian hama lalat buah oleh penduduk Desa secara swadaya, sesuai dengan keterangan disampaikan Kades Raya, Budiman Ketaren di sela–sela pemasangan perangkap menjelaskan. Hal itu dilakukan petani atas kesadaran terhadap penurunan hasil produksi komoditi  jeruk, akibat gugur buah disebabkan serangan hama  lalat buah, dan hasil musyawarah warganya.
            Penurunan produksi mencapai berkisar 30 hingga 60 persen  beberapa tahun  belakangan, diyakini tidak akan terjadi lagi, dengan adanya penggunaan perekat dan Metil Eugenol. Perekat  atau lem dibumbui  manisan berwarna kuning-orange telah ditaburi racun. Dan dipastikan  akan menurunkan jumlah polpulasi lalat buah di sekitar perladangan petani.
            Dengan berkurangnya hama ini, pendapatan perkapita melalui tanaman jeruk akan mendongkrak perekonomian warga. Metode ini kami targetkan dilakukan secara berkesinambungan. Karena jika tidak berkelanjutan, maka hama akan muncul kembali.  Kegiatan pengendalian massal ini digelar,  dilatar belakangi keluhan para petani yang terus-menerus,  merasa dirugiakan oleh hama  lalat buah.
            Ka. UPT Pertanian Kec. Berastagi, Suherdi Tarigan, SP didampingi petugas POPT  Sehat Pinem SP, dan koordinator PPL Rawin Tarigan, SP menjelaskan, pengendalian hama lalat buah melalui metode parangkap dipastikan lebih efisien dibandingkan, dengan penggunaan pestisida (penyemprotan) kimia. Namun  metode tersebut, akan berfungsi efektif apabila dilakukan petani secara serentak. Jika pemasangan perangkap secara individu, maka lalat buah berada di perladangan lainnya akan tetap berkembang biak. Kedepannya dipastikan akan menyerang areal  jeruk memasang perangkap. Pengunaan metode ini harus di gelar secara bersamaan. Oleh karena itu, kita juga mengimbau petani agar serentak dan terus berkesinambungan dalam menggunakan perangkap.


b.      Modal
            Modal petani jeruk Berastagi yang sedikit, membuat tidak dapat bersaing dan menembus pasar ekspor. Selain itu, banyaknya serangan hama lalat buah dan tidak seragamnya produksi jeruk membuat petani enggan mengembangkan tanaman tersebut. Komoditas jeruk asal Ta­nah Karo yang merupakan dae­rah sentra pertanian hortikultura di sini memang belum men­­dapat minat dari pasar lu­ar. Padahal petani lokal mampu memproduksi jeruk berkualitas tinggi sesuai yang diinginkan asal harga jual menguntungkan petani.
            Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Sumut Darwinsyah me­ngatakan, pemasaran jeruk lo­kal sudah menembus pasar ekspor yakni ke Singapura dan Malaysia. Tetapi kualitas dan kuantitasnya tidak sesuai dengan permintaan pasar In­ternasional. Petani belum bisa memproduksi buah jeruk seca­ra massal sesuai permintaan, tetapi jeruk hasil olahan yang diekspor sudah banyak.Untuk kualitas produksi je­ruk lokal, belum se­suai yang diinginkan pasar ekspor seperti besar dan warna buah yang tidak seragam atau jauh berbeda dengan produksi jeruk dari luar negeri. Ditam­bah lagi, tanaman jeruk lokal ma­sih mengenal musiman se­hingga membuat produksi ti­dak dapat berkontiniu. Serangan hama lalat buah membuat buah jeruk tidak bagus dalam penampilan dan produksinya yang menurun. Di mana serangan hama ini merupakan mo­mok menakutkan untuk petani lokal, karena pengendalian se­ra­ngan tersebut membutuhkan biaya tinggi dan perhatian ekstra dari awal tanam hingga pasca panen.
            Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk petani dalam menembus pasar luar atau menghasilkan buah sesuai yang diinginkan pasar luar asalkan harga jual tinggi dan pemasaran yang jelas. Ka­rena, petani untuk mendapat­kan produksi berkualitas ha­rus menambah modal sebesar 1,5 kali lipat dari biasanya yang mencapai Rp70 juta perhektar. Selain pengendalian serangan hama lalat buah ini, ia juga me­nyatakan, tanaman jeruk yang sudah tua atau tidak ber­produktif dengan usia rata-rata 20 hingga 25 tahun harus segera diremajakan. Karena sekitar 25 persen dari total lu­as areal tanaman jeruk di Ta­nah Karo sekitar 2.000-an hektare sudah tidak produktis sehingga produksi buah tidak maksimal. Untuk itu, telah dilakukan kerjasama dengan para penangkar benih jeruk yang sudah dilakukan sejak satu tahun belakangan. Kerja sama ini berbentuk fasilitasi pembinaan dari awal tanam, panen hingga pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jeruk. Dengan penggunaan bibit ber­kualitas dan pengendalian ha­ma serta penyakit secara terpadu, petani dapat melakukan kerja sama dengan eksportir buah sehingga jeruk dapat dipasarkan ke luar negeri.
c.       Persaingan dengan buah Impor
            Buah asal Brastagi kian terpojok oleh buah impor yang peredarannya membanjir pasar tradisional dan modern di wilayah itu. Bisnis buah impor malah samapi ke pelosok dan pisnggiran kota. Indikasinya buah asing ini bukan lagi dominasi pembeli berknatong tebal, tapi juga orang biasa.
            Sejak ada jeruk mpor masuk hingga pedesaan, jeeruk hasil taninya gak laku lagi. Sehingga banyak sisa dagangan jeruk yang busuk. Dulu harga jeruk brastagi di pasaran menjadi primadona Indonesia yang harganya lebih mahal dari jeruk Cina, selisihnya sekitar Rp1500 – 1800/kg.. Harga jeruk Brastagi saat ini Rp 7.000 perkg. Berdasarkan ungkapan dari Asisten II bidang ekonomi dan pembangun Pemprov Sumut Djaili Azwar, dua tahun terakhir SUMUT mengimpor 20.851 ton buah.
            Jeruk impor diyakini masih akan menyerbu pasar Indonesia akibat masih rendahnya kualitas jeruk petani lokal. Apalagi sebagai negara pengimpor jeruk peringkat dua di ASEAN, setelah Malaysia, Indonesia harus siap dengan gempuran jeruk Kino asal Pakistan, yang pada tahun 2012 dipastikan akan melenggang bebas masuk ke Indonesia setelah sebelumnya jeruk Mandarin yang menguasai pasar. Adanya perdagangan bebas terbatas atau Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dengan Pakistan, mau tidak mau membuat persaingan perdagangan jeruk, khususnya di Sumatera Utara semakin ketat.
            Tawaran untuk memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk jeruk, termasuk produk dari Kabupaten Karo, menurut Wakil Menteri Pertanian RI, Rusman Heriawan, mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Ia mengatakan tidak mudah memberikan label SNI yang selama ini kebanyakan dipatenkan untuk produk industri saja. Sebenarnya pihaknya tidak ingin terlalu campur tangan dengan keadaan komoditi yang sudah masuk ke market. Tapi karena banyak importir yang menikmati bisnis impor buah-buahan dan sayuran ini, memaksa pihaknya turun tangan mengatur kembali persaingan.
            Semua perlu waktu. Sekarang memang deras sekali isu impor di Sumut. Sebenarnya publik keliru, karena menganggap itu urusan pemerintah. Padahal seharusnya kita hanya isu strategis. Kalau jeruk, selama mekanisme pasar berjalan ya tidak apa-apa. Tapi karena sudah mengancam, kita akan lakukan pengetatan. Jangan sampai jeruk, bawang merah, kentang, juga diimpor lah. Kasihan petani di Sumut. Pemberlakukan SNI wajib ini tidak bisa secepatnya karena harus memacu kesiapan produk sejenis di dalam negeri 


DARI BERBAGAI SUMBER.......  

3 komentar:

  1. kenapa pertanian jeruk di beras tagi lebih subur dari pada di asahan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena jeruk menyukai iklim di dataran tinggi, pembentukan buah lebih besar dan lama karena suhunya rendah.

      Hapus
  2. Salam sejahtera bapak&ibu semuanya.
    Jeruk berastagi atau pada umumnya lebih dikenal dengan jeruk medan sangat segar dengan kwalitasnya,
    Dari artikel yang sudah baca,saya berkeinginan membeli hasil hasil jeruk yang di tanam di kecamatan berastagi,untuk di pasarkan kembali.
    Mohon di share contac person yang bisa di hubungi.,
    Ini no saya yang bisa di hubungi 087887004825

    BalasHapus